Monday, October 29, 2007
Philippine Negeri Islam yang Hilang
Sabtu, 06 October 2007
Menjelang hari terakhir saya di Philippine. Entah hari yang ke berapa yang jelas saya sudah mulai rindu kampung halaman. Rindu bertemu istri dan anak di kampung. Rindu untuk bisa berlebaran bersama keluarga tercinta setelah sebelumnya bergumul ria dengan aktivitas pekerjaan. Sebuah perasaan yang memuncah indah jauh di lubuk hati. Meskipun nantinya saya akan kembali ke Manilla, namun sepertinya perasaan rindu ini begitu besarnya. Ya Allah tolong lancarkan proses kepulanganku kali ini.
Hari Sabtu ini teman-teman saya di kantor Philipine akan pergi bersama dengan saya untuk city tour. Saya tidak tahu tujuannya akan kemana yang jelas saya senang karena bisa pergi bersama-sama dengan teman-teman kantor di Philippine. Ya malam hari sebelum berangkat Ms. Agnes sudah menelpon memberitahukan hal ini. Saya diharapkan untuk siap di hotel jam 8.30 karena jam 8.45 pagi Mr. Jing akan menjemput untuk kemudian pergi dari kantor jam 9 pagi.
Tepat jam 08.45 Atasan saya mengabarkan kalau dia sudah di Lobbi lewat officer yang menelpon saya. Beliau juga berpesan untuk membawa payung dan jaket karena khawatir hujan. Saya akhirnya turun setelah sebelumnya mengenakan jaket dan membawa payung menemui atasan saya. Kita sepertinya pergi dulu ke kantor. Tidak lupa beliau menanyakan kabar saya dan saya jawab baik-baik saja.
Jam 9 tepat, kami tiba di kantor. Tampak sudah siap teman yang lainnya. Malah sudah dipersiapkan semuanya termasuk air minum dan makanan kecil. Saya bingung kenapa tidak memakai mobil mereka. Karena saya lihat mereka membawa payung juga dari mobil untuk kemudian turun ke lantai 1. Namun saya ikut saja maklum tidak tahu rencana mereka. Ternyata mereka sudah menyiapkan tour agent untuk mengantarkan kami keliling Philippine. Saya dikenalkan dengan mereka. Namun saya lupa namanya, yang jelas satu orang perempuan paruh baya yang akan menjadi guider kami dan seorang pria sebagai drivernya.
Guider mengenalkan dirinya dan beliau juga agak kaget karena berfikir saya yang akan diajak jalan-jalan sudah paruh baya. Saya hanya tersenyum saat dia bilang ternyata masih muda. Dia menjelaskan kepada saya dan teman-teman tentang tujuan kita saat ini adalah untuk mengenalkan Philippine ke saya. Saya tersenyum saja dan hanya bilang opo dan oo (ya dalam bahasa tagalog).
Sepanjang perjalanan guider terus menerus berbicara menjelaskan semua yang kami lewati. Tiba di komplek perumahan elit, mereka juga menjelaskan bagaimana Ayala dibangun oleh pengusaha lokal Philippine dimana dimulai dari kecil hingga sekarang besar dan dikelilingi oleh gedung-gedung bertingkat seperti di Jakarta. Mereka juga menjelaskan kalau di Ayala adalah kantor untuk Call Center, perbankan, hotel dll. Yang jelas mirip sekali kawasan sudirman Jakarta.
Tempat pertama yang kami singgahi adalah American Semitari. Merupakan kuburan dengan berpuluh ribu orang yang meninggal saat perang dunia I dan II di kawasan Philippine. Saya hanya bisa lihat bagaimana rapi dan bersihnya kuburan itu. Di tengah mereka bangun semacam monumen berisi nama-nama orang yang meninggal di Philipine baik kebangsaan Amerika, Philipine ataupun yang lainnya. Semuanya gugur sebagai pahlawan kemerdekaan Philipine dan juga perang dunia. Kesan pertama adalah megah dan rapih dengan kuburan berjejer indah dihiasi hijaunya rerumputan. Sepertinya Amerika sengaja membuat kuburan itu sebagai sebuah penghormatan. Saya diceritakan oleh guider bahwa ini merupakan salah satu semitari yang ada di dunia yang dikelola langsung oleh Amerika. Maklum mereka ketat sekali mengawasi area ini terlihat adanya helikopter yang berputar-putar. Bersyukur kami bisa masuk mengingat ketatnya penjagaan. Sepertinya kalau pribadi akan sulit untuk masuk. Namun karena tour guide punya kartu masuk akhirnya kami bisa masuk tanpa halangan.
Dari semitari, guider mengajak kami ke daerah pantai di Manilla. Yang jelas pertama kali saya lihat adalah Mall terbesar di Asia dengan nama Mall of Asia. Luas sekali sepertinya akan memakan waktu lama untuk berkeliling. Guider bilang jika kita ingin menyusuri semuanya dan rata-rata 10 menit di tiap toko akan memakan waktu 3 hari 3 malam untuk menyusurinya. Masyaallah.. luas banget ya.. Bentuknya seperti perahu karena letaknya dekat pantai. Namun kali ini kita tidak mampir disana melainkan ada tempat lain.
Di sudut mal guider bercerita akan adanya tempat pembuatan film. Disana bisa dilihat bagaimana mereka menciptakan efek gempa, gunung meletus dll. Hanya sayang saya tidak masuk. Di tempat lainnya yang merupakan pantai Mrs. Marcos karena pada zaman presiden Marcos, Mrs. Marcos selalu saja mengatakan pantai ini sebagai pantainya. Rakyat Philipine juga ternyata berterima kasih kepada Mrs. Marcos karena jasa beliau MRT dan LRT dibangun sebagai sarana transportasi.
Di sudut jalan lainnya guider bercerita tentang rumah kelapa karena 80% rumah tersebut terbuat dari kelapa. Saya hanya menganggukan kepala saja. Coconut House itu sekarang berganti fungsi menjadi restoran. Guide menceritakan Mrs. Marcos senang sekali dengan pantai ini yang merupakan titik awal Philippine dan merupakan pintu masuk ke Philippine sejak zaman dahulu kala lewat transportasi laut.
Di depan alun-alun atau taman Rizal kami berhenti. Guider ingin memperlihatkan kuburan atau taman Mr. Rizal yang merupakan pahlawan yang berjasa dalam kemerdekaan Philipine. Taman kecil seperti Monas di Indonesia itu selalu dijaga oleh tentara 24 jam bergantian 3 shift, informasi itu saya dapatkan dari guider pas saya tanyakan adanya 2 orang tentara berjaga di monumen itu. Seperti halnya pahlawan, Mr. Rizal ini sangat mereka hargai. Mr. Rizal yang merupakan seorang muslim itu adalah keturunan bangsawan Philippine. Beliau seorang yang jenius dan serba bisa. Lewat novel monumentalnya, dapat menyulut semangat semua orang Philipine untuk berjuang melawan penjajah Spanyol waktu itu. Karena novelnya itu pun akhirnya Mr. Rizal dipenjara dan dibunuh dengan ditembak oleh beberapa sniper. Guider juga memperlihatkan tempat asli dimana Mr. Rizal ditembak. Saya lihat patung Mr. Rizal saat ditembak disaksikan beberapa orang penembak dan Istrinya. Di tempat yang sama juga dijelaskan oleh petugas mengenai sosok pahlawan monumental ini. Hanya sayang pada saat dijelaskan oleh petugas disana saya hanya diam tidak mengerti karena memakai pengantar bahasa tagalog. Kenalah saya dengan Mr. Rizal seorang pahlawan muslim yang berjasa bagi Philippine.
Di sudut taman saya lihat patung juga dan ternyata adalah patung Rajah Sulaiman. Seorang Raja yang pernah berkuasa di Philipine sebelum jatuh ke pemerintahan Spanyol. Raja tersebut merupakan muslim taat. Maklum zaman beliau masih berlaku pemerintahan islam seperti datuk dll, seperti yang kita lihat di Malaysia saat ini. Cukuplah sudah penjelasan detail tentang Mr. Rizal dan Rajah Sulaiman tersebut. Setidaknya saya bersyukur sudah bisa kenal dengan jasa dan perjuangan beliau.
Perjalanan dilanjutkan dan berhenti di depan kantor pariwisata. Guider menawarkan kami untuk masuk melihat-lihat souvenir buatan Philipine yang merupakan program resmi Pemerintahan Philippine lewat Dept. Pariwisatanya. Saat masuk kami disuguhi kalung dari kerang laut. Disana bisa dilihat berbagai kerajinan dan baju nasional. Saya ditawari untuk membeli apapun yang disuka. Hanya saya tidak terlalu suka akhirnya keluar tanpa membeli barang apapun.
Di depan kantor pariwisata, kami masuk ke dalam benteng yang merupakan benteng yang dibangun oleh pemerintahan Spanyol yang berkuasa. Mereka menamakan daerah tersebut “Intramouros”. Mereka sengaja membangun benteng itu sebagai sebuah bentuk pertahanan dari serangan terutama musuh yang datang dari laut. Di dalamnya juga ada penjara dimana Mr. Rizal dipenjara waktu itu. Selain itu ada tempat kediaman Rajah Sulaiman yang sudah rusak. Ya bangunan itu dibuat dari batu yang ditumpuk kemudian direkatkan dengan telur dan molases. Design yang dipakai adalah design dari China. Setidaknya saya kenal Rajah Sulaiman sebagai Rajah Islam di Philipine yang memerintah. Sayang kekuasaannya direbut oleh Spanyol yang notabene adalah katolik.
Pada zaman Rajah Sulaiman, benteng pun dibangun, namun masih dengan pohon kelapa dan bambu sehingga mudah sekali dirobohkan dan dibakar oleh musuh dari Spanyol. Spanyol merupakan bangsa yang menjajah cukup lama sekitar 200 tahun di Philipine (Belanda di Indonesia 350 tahun). Sehingga dengan pengaruh dari penyebaran agama yang kuat menjadikan negara Philipine adalah penganut Katolik yang kuat dan dominan. Spanyol juga memaksakan agamanya kepada orang China yang datang dengan dibangun gereja di perkampungan mereka. Spanyol juga membangun Gereja Immanuel yang sangat tua disana.
Sayang sekali ya. Andai saja Rajah Sulaiman masih hidup dan berkuasa tentunya Philipine merupakan negara Islam seperti halnya Brunai, Malaysia dan Indonesia. Philipine ternyata adalah negara Islam yang Hilang. Namun kita masih bisa temukan Islam yang dominan di Pulau Mindanao. Mindanao pada jaman dulunya sulit sekali untuk ditembus oleh musuh baik dari Spanyol maupun Amerika. Hal ini menjadikan Mindanao dominan penduduknya adalah muslim. Subhanallah.
Perjalanan mengitari benteng itu memakan waktu sekitar 1 jam. Guider bercerita sekiranya kita mau mengitari seluruh benteng mungkin akan memakan waktu sekitar 3 jam lebih. Setidaknya saya bisa melihat indah dan bersihnya (nggak bersih-bersih amat sih) sungai Pasig yang membelah Manilla. Disana juga terlihat pelabuhan terkenal Manilla sebagai pelabuhan tempat membongkar dan memuat peti kemas. Dari tempat Rajah Sulaiman, perjalanan dilanjutkan menggunakan mobil menyusuri kawasan peduduk China yang konon katanya memiliki akar sejarah kuat terutama perekonomian Philipine. Disana kebanyakan dijual barang China seperti obat china dll. Setidaknya perekonomian seperti perbankan mulai dikenalkan oleh China pada masa penjajahan Spanyol.
Perjalanan mengitari Manilla itu akhirnya berakhir sekitar jam 13.00 siang. Saya ketiduran di mobil karena kelelahan. Tiba di depan kantor Guide tour pamitan. Kami mengucapkan terima kasih kepada beliau. Setelah itu saya diajak untuk makan siang di Max’s yang merupakan restoran dengan menu asli Philipine. Asyik..
Menjelang hari terakhir saya di Philippine. Entah hari yang ke berapa yang jelas saya sudah mulai rindu kampung halaman. Rindu bertemu istri dan anak di kampung. Rindu untuk bisa berlebaran bersama keluarga tercinta setelah sebelumnya bergumul ria dengan aktivitas pekerjaan. Sebuah perasaan yang memuncah indah jauh di lubuk hati. Meskipun nantinya saya akan kembali ke Manilla, namun sepertinya perasaan rindu ini begitu besarnya. Ya Allah tolong lancarkan proses kepulanganku kali ini.
Hari Sabtu ini teman-teman saya di kantor Philipine akan pergi bersama dengan saya untuk city tour. Saya tidak tahu tujuannya akan kemana yang jelas saya senang karena bisa pergi bersama-sama dengan teman-teman kantor di Philippine. Ya malam hari sebelum berangkat Ms. Agnes sudah menelpon memberitahukan hal ini. Saya diharapkan untuk siap di hotel jam 8.30 karena jam 8.45 pagi Mr. Jing akan menjemput untuk kemudian pergi dari kantor jam 9 pagi.
Tepat jam 08.45 Atasan saya mengabarkan kalau dia sudah di Lobbi lewat officer yang menelpon saya. Beliau juga berpesan untuk membawa payung dan jaket karena khawatir hujan. Saya akhirnya turun setelah sebelumnya mengenakan jaket dan membawa payung menemui atasan saya. Kita sepertinya pergi dulu ke kantor. Tidak lupa beliau menanyakan kabar saya dan saya jawab baik-baik saja.
Jam 9 tepat, kami tiba di kantor. Tampak sudah siap teman yang lainnya. Malah sudah dipersiapkan semuanya termasuk air minum dan makanan kecil. Saya bingung kenapa tidak memakai mobil mereka. Karena saya lihat mereka membawa payung juga dari mobil untuk kemudian turun ke lantai 1. Namun saya ikut saja maklum tidak tahu rencana mereka. Ternyata mereka sudah menyiapkan tour agent untuk mengantarkan kami keliling Philippine. Saya dikenalkan dengan mereka. Namun saya lupa namanya, yang jelas satu orang perempuan paruh baya yang akan menjadi guider kami dan seorang pria sebagai drivernya.
Guider mengenalkan dirinya dan beliau juga agak kaget karena berfikir saya yang akan diajak jalan-jalan sudah paruh baya. Saya hanya tersenyum saat dia bilang ternyata masih muda. Dia menjelaskan kepada saya dan teman-teman tentang tujuan kita saat ini adalah untuk mengenalkan Philippine ke saya. Saya tersenyum saja dan hanya bilang opo dan oo (ya dalam bahasa tagalog).
Sepanjang perjalanan guider terus menerus berbicara menjelaskan semua yang kami lewati. Tiba di komplek perumahan elit, mereka juga menjelaskan bagaimana Ayala dibangun oleh pengusaha lokal Philippine dimana dimulai dari kecil hingga sekarang besar dan dikelilingi oleh gedung-gedung bertingkat seperti di Jakarta. Mereka juga menjelaskan kalau di Ayala adalah kantor untuk Call Center, perbankan, hotel dll. Yang jelas mirip sekali kawasan sudirman Jakarta.
Tempat pertama yang kami singgahi adalah American Semitari. Merupakan kuburan dengan berpuluh ribu orang yang meninggal saat perang dunia I dan II di kawasan Philippine. Saya hanya bisa lihat bagaimana rapi dan bersihnya kuburan itu. Di tengah mereka bangun semacam monumen berisi nama-nama orang yang meninggal di Philipine baik kebangsaan Amerika, Philipine ataupun yang lainnya. Semuanya gugur sebagai pahlawan kemerdekaan Philipine dan juga perang dunia. Kesan pertama adalah megah dan rapih dengan kuburan berjejer indah dihiasi hijaunya rerumputan. Sepertinya Amerika sengaja membuat kuburan itu sebagai sebuah penghormatan. Saya diceritakan oleh guider bahwa ini merupakan salah satu semitari yang ada di dunia yang dikelola langsung oleh Amerika. Maklum mereka ketat sekali mengawasi area ini terlihat adanya helikopter yang berputar-putar. Bersyukur kami bisa masuk mengingat ketatnya penjagaan. Sepertinya kalau pribadi akan sulit untuk masuk. Namun karena tour guide punya kartu masuk akhirnya kami bisa masuk tanpa halangan.
Dari semitari, guider mengajak kami ke daerah pantai di Manilla. Yang jelas pertama kali saya lihat adalah Mall terbesar di Asia dengan nama Mall of Asia. Luas sekali sepertinya akan memakan waktu lama untuk berkeliling. Guider bilang jika kita ingin menyusuri semuanya dan rata-rata 10 menit di tiap toko akan memakan waktu 3 hari 3 malam untuk menyusurinya. Masyaallah.. luas banget ya.. Bentuknya seperti perahu karena letaknya dekat pantai. Namun kali ini kita tidak mampir disana melainkan ada tempat lain.
Di sudut mal guider bercerita akan adanya tempat pembuatan film. Disana bisa dilihat bagaimana mereka menciptakan efek gempa, gunung meletus dll. Hanya sayang saya tidak masuk. Di tempat lainnya yang merupakan pantai Mrs. Marcos karena pada zaman presiden Marcos, Mrs. Marcos selalu saja mengatakan pantai ini sebagai pantainya. Rakyat Philipine juga ternyata berterima kasih kepada Mrs. Marcos karena jasa beliau MRT dan LRT dibangun sebagai sarana transportasi.
Di sudut jalan lainnya guider bercerita tentang rumah kelapa karena 80% rumah tersebut terbuat dari kelapa. Saya hanya menganggukan kepala saja. Coconut House itu sekarang berganti fungsi menjadi restoran. Guide menceritakan Mrs. Marcos senang sekali dengan pantai ini yang merupakan titik awal Philippine dan merupakan pintu masuk ke Philippine sejak zaman dahulu kala lewat transportasi laut.
Di depan alun-alun atau taman Rizal kami berhenti. Guider ingin memperlihatkan kuburan atau taman Mr. Rizal yang merupakan pahlawan yang berjasa dalam kemerdekaan Philipine. Taman kecil seperti Monas di Indonesia itu selalu dijaga oleh tentara 24 jam bergantian 3 shift, informasi itu saya dapatkan dari guider pas saya tanyakan adanya 2 orang tentara berjaga di monumen itu. Seperti halnya pahlawan, Mr. Rizal ini sangat mereka hargai. Mr. Rizal yang merupakan seorang muslim itu adalah keturunan bangsawan Philippine. Beliau seorang yang jenius dan serba bisa. Lewat novel monumentalnya, dapat menyulut semangat semua orang Philipine untuk berjuang melawan penjajah Spanyol waktu itu. Karena novelnya itu pun akhirnya Mr. Rizal dipenjara dan dibunuh dengan ditembak oleh beberapa sniper. Guider juga memperlihatkan tempat asli dimana Mr. Rizal ditembak. Saya lihat patung Mr. Rizal saat ditembak disaksikan beberapa orang penembak dan Istrinya. Di tempat yang sama juga dijelaskan oleh petugas mengenai sosok pahlawan monumental ini. Hanya sayang pada saat dijelaskan oleh petugas disana saya hanya diam tidak mengerti karena memakai pengantar bahasa tagalog. Kenalah saya dengan Mr. Rizal seorang pahlawan muslim yang berjasa bagi Philippine.
Di sudut taman saya lihat patung juga dan ternyata adalah patung Rajah Sulaiman. Seorang Raja yang pernah berkuasa di Philipine sebelum jatuh ke pemerintahan Spanyol. Raja tersebut merupakan muslim taat. Maklum zaman beliau masih berlaku pemerintahan islam seperti datuk dll, seperti yang kita lihat di Malaysia saat ini. Cukuplah sudah penjelasan detail tentang Mr. Rizal dan Rajah Sulaiman tersebut. Setidaknya saya bersyukur sudah bisa kenal dengan jasa dan perjuangan beliau.
Perjalanan dilanjutkan dan berhenti di depan kantor pariwisata. Guider menawarkan kami untuk masuk melihat-lihat souvenir buatan Philipine yang merupakan program resmi Pemerintahan Philippine lewat Dept. Pariwisatanya. Saat masuk kami disuguhi kalung dari kerang laut. Disana bisa dilihat berbagai kerajinan dan baju nasional. Saya ditawari untuk membeli apapun yang disuka. Hanya saya tidak terlalu suka akhirnya keluar tanpa membeli barang apapun.
Di depan kantor pariwisata, kami masuk ke dalam benteng yang merupakan benteng yang dibangun oleh pemerintahan Spanyol yang berkuasa. Mereka menamakan daerah tersebut “Intramouros”. Mereka sengaja membangun benteng itu sebagai sebuah bentuk pertahanan dari serangan terutama musuh yang datang dari laut. Di dalamnya juga ada penjara dimana Mr. Rizal dipenjara waktu itu. Selain itu ada tempat kediaman Rajah Sulaiman yang sudah rusak. Ya bangunan itu dibuat dari batu yang ditumpuk kemudian direkatkan dengan telur dan molases. Design yang dipakai adalah design dari China. Setidaknya saya kenal Rajah Sulaiman sebagai Rajah Islam di Philipine yang memerintah. Sayang kekuasaannya direbut oleh Spanyol yang notabene adalah katolik.
Pada zaman Rajah Sulaiman, benteng pun dibangun, namun masih dengan pohon kelapa dan bambu sehingga mudah sekali dirobohkan dan dibakar oleh musuh dari Spanyol. Spanyol merupakan bangsa yang menjajah cukup lama sekitar 200 tahun di Philipine (Belanda di Indonesia 350 tahun). Sehingga dengan pengaruh dari penyebaran agama yang kuat menjadikan negara Philipine adalah penganut Katolik yang kuat dan dominan. Spanyol juga memaksakan agamanya kepada orang China yang datang dengan dibangun gereja di perkampungan mereka. Spanyol juga membangun Gereja Immanuel yang sangat tua disana.
Sayang sekali ya. Andai saja Rajah Sulaiman masih hidup dan berkuasa tentunya Philipine merupakan negara Islam seperti halnya Brunai, Malaysia dan Indonesia. Philipine ternyata adalah negara Islam yang Hilang. Namun kita masih bisa temukan Islam yang dominan di Pulau Mindanao. Mindanao pada jaman dulunya sulit sekali untuk ditembus oleh musuh baik dari Spanyol maupun Amerika. Hal ini menjadikan Mindanao dominan penduduknya adalah muslim. Subhanallah.
Perjalanan mengitari benteng itu memakan waktu sekitar 1 jam. Guider bercerita sekiranya kita mau mengitari seluruh benteng mungkin akan memakan waktu sekitar 3 jam lebih. Setidaknya saya bisa melihat indah dan bersihnya (nggak bersih-bersih amat sih) sungai Pasig yang membelah Manilla. Disana juga terlihat pelabuhan terkenal Manilla sebagai pelabuhan tempat membongkar dan memuat peti kemas. Dari tempat Rajah Sulaiman, perjalanan dilanjutkan menggunakan mobil menyusuri kawasan peduduk China yang konon katanya memiliki akar sejarah kuat terutama perekonomian Philipine. Disana kebanyakan dijual barang China seperti obat china dll. Setidaknya perekonomian seperti perbankan mulai dikenalkan oleh China pada masa penjajahan Spanyol.
Perjalanan mengitari Manilla itu akhirnya berakhir sekitar jam 13.00 siang. Saya ketiduran di mobil karena kelelahan. Tiba di depan kantor Guide tour pamitan. Kami mengucapkan terima kasih kepada beliau. Setelah itu saya diajak untuk makan siang di Max’s yang merupakan restoran dengan menu asli Philipine. Asyik..
Sunday, October 07, 2007
Hari ini ke Tagaitay
Hari ke-6; Ahad, 30 September 207
Hari ahad ini sepertinya akan saya habiskan dengan jalan-jalan di Mall sekitar hotel. Saya sudah minta saran ke Teman mall mana saja yang menarik. Teman menyarankan jika ingin belanja souvenir di SM dan LandMark. Kalau mau makan di Green Belt dan Glorietta. Dia malah menyarankan saya untuk ke Glorietta karena sedang ada pameran komputer dan peralatan elektronik lainnya. Mungkin saja saya akan membeli sesuatu disana katanya.
Dari pagi hingga siang saya habiskan di kamar hotel. Pagi-pagi saya turun hanya untuk mendapatkan sarapan pagi kemudian naik lagi ke kamar hanya untuk tiduran sambil nonton TV atau menyalakan laptop sambil berinternet ria. Memang internetan di kamar nyaman sekali. Sebelumnya saya tidak bisa berintertetan gara-gara hotel tidak menyediakan business room dengan koneksi internet broadband seperti layaknya hotel-hotel besar di Jakarta. Mereka menyarankan untuk membeli “internet card” untuk kemudian dihubungkan dengan dial up dari telepon kamar.
Hari ini saya ingin sekali memindahkan acount internet di gmail menjaid POP3 sehingga saya bisa baca email meski koneksi internet mati. Saya coba berkali-kali alhamdulillah berhasil hanya sayang email yang sudah ada di Gmail tidak bisa saya pindahkan ke MS Outlook. Nggak apa-apa lah yang penting kedepannya email bisa masuk ke laptop saya. Selanjutnya saya lanjutkan menulis dan review beberapa materi training yang diberikan Teman.
Jam 11 siang saya baru berani keluar dengan maksud untuk makan siang kemudian jalan-jalan di mall. Saya sempat sms istri menanyakan oleh-oleh apa yang ingin dibeli. Saya sebenarnya ingin membelikan baju, namun sepertinya tidak mungkin mengingat istri berjilbab lebar dan rapi. Akan sangat sulit mencari baju panjang dan lebar di negeri seperti ini. Saya berjanji akan melihat-lihat barang-barang apa saja yang cocok untuk istriku.
Perjalanan mulai dari kawasan Green belt Mall. Saya sempat lihat mall yang sudah buka dan juga restoran di lantai dasar dengan pemandangan indah. Sepertinya akan enak sekali makan disana. Namun kuurungkan mengingat sepertinya akan sulit mendapatkan makanan tanpa babi/fork. Saya teringat Pizza HUT yang pernah saya lewati kalau mau ke Ayala Station. Saya putuskan untuk makan Pizza HUT, kemudian jalan-jalan di SM mall. Mudah-mudahan Pizza HUT banyak pilihan makanan tanpa babi/fork.
Tiba di Pizza HUT jam 11.30 dan saya langsung pesan tempat duduk. Meski agak kaku karena sepertinya mereka heran kenapa saya gunakan bahasa Inggris padahal dari wajah terlihat seperti orang Philipine. Saat pesan pun demikian, pelayan selalu saja memperhatikan wajah saya. Ternyata memang tidak banyak pilihan untuk makanan tanpa babi/fork. Akhirnya saya hanya pesan pizza small 1, sup mushroom, spagety dan mangga juice untuk minum. Semuanya tanpa babi/fork atas saran pelayan.
Seperti biasanya di Indonesia, ternyata memang agak lama juga ya menunggu makanan siap saji ini. Saya punya pengalaman menunggu hingga 1 jam di Pizza HUT Tangerang. Namun mudah-mudahan tidak selama itu disini. Alhamdulillah akhirnya pesanan datang, mulai dari mangga jus, kemudian sup. Spagety dan pizza baru menyusul setelah saya habiskan sup. Saya makan dengan lahap mengingat sudah waktunya untuk makan siang.
Jam 1.30 setelah makan akhirnya saya putuskan untuk jalan-jalan ke mall terdekat dulu yaitu SM mall. Saya akan mencari gantungan kunci, kali aja ada yang bagus untuk oleh-oleh teman-teman di Gunung Sindur. Di toko yang pernah Teman tunjukan sekaligus pernah berbelanja kaos kemaren. Saya masuk dan sepertinya pelayan disana masih mengenal saya. Saya coba tanyakan kaos untuk bayi namun yang ada hanyalah untuk umur diatas 2 tahun. Ya sudah saya cari gantungan kunci akhirnya. Saya dapatkan 3 macam gantungan kunci disana.
Setelah selesai berbelanja, istri sms menanyakan kabar sekaligus keheranan darimana saya dapatkan uang, mengingat gaji di tempat lama belum ditransfer apalagi di tempat baru. Alhamdulillah dapat jatah dari kantor baru, saya jelaskan. Selesai sms ternyata ada lagi dari atasan saya yang isinya meminta izin untuk menelepon ke HP saya. Saya jawab silahkan untuk menelpon dan saya bilang saya lagi jalan-jalan di mall. Atasan akhirnya menelpon menanyakan kabar sekaligus agenda saya hari ini. Saya jawab tidak punya agenda pasti yang jelas mungkin jalan-jalan di mall. Dia akhirnya menyarankan untuk pergi ke tempat yang indah. Saya sanggupi dan beliau akan jemput sekitar jam 3 sore ke hotel. Akhirnya saya sudahi acara jalan-jalan di mall nya. Saya langsung pulang namun tak lupa untuk mampir di supermarket Land Mark untuk membeli makanan kecil dan minuman.
Jam 14.30 Atasan saya menelpon dari Lobby Hotel memberitahukan kalau dia sudah ada di sana menunggu saya. Akhirnya saya turun setelah membawa jaket untuk persiapan disana. Atasan akhirnya mengajak saya untuk menaiki mobilnya. Innova seri terbaru sepertinya dibeli dah sekitar 1 tahun, namun masih terasa nyaman dan lapang di dalamnya. Saya diajak keliling di ayala, ada sebagian yang saya kenal namun kebanyakan tidak.
Kami lewati toll ke arah utara yang merupakan akses ke propinsi lainnya. Mr.Jing menerangkan kita akan berangkan ke Tagaitay dimana tempatnya sejuk seperti di puncak. Disana kita bisa melihat Vulkano atau kawah gunung dengan danaunya. Indah sekali katanya membuat saya ingin segera melihatnya. Sepanjang jalan Atasan saya berkali-kali memuji saya karena saya hapal beberapa tempat di Philippine gara-gara Teman yang sering mengajak ke tempat itu. Seperti halnya station MRT dan LRT yang saya tahu, Mall yang dekat Hotel serta yang lainnya. Atasan bilang saya sudah layaknya seperti orang Philipina karena hapalnya. Hanya sayang saya belum bisa berbahasa tagalog.
Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam normal ke Tagaitay. Namun karena cuaca tidak menentu dimana kadang hujan, kadang juga cerah, kemudian jalan toll ada yang sedang direkontruksi akhirnya perjalanan memakan waktu 1 jam 15 menit. Cuaca memang sedang tidak bagus. Hujan lebat melanda daerah Tagaitay menjadikan saya kesulitan melihat kawah gunung karena tertutup kabut tebal. Sayang sekali ya.
Atasan saya akhirnya mengajak saya untuk mampir di hotel terkenal disana, mudah-mudahan kita dapat melihat kawah tersebut dari Hotel. Mengingat hotel tersebut mempunyai tempat dengan teropong untuk melihat ke bawah. Namun sepertinya Allah belum mengizinkan saya melihat kawah dan danau di bawah. Setibanya di Hotel cuaca masih saja hujan lebat dan kabut tebal. Atasan saya menanyakan kondisi cuaca ini ke pelayan hotel dan dijawab semenjak pagi memang seperti itu. Saya pun memaklumi meskipun Atasan saya keheranan karena biasanya sore hari hujannya sudah reda.
Akhirnya untuk mengisi waktu sambil istirahat, Atasan saya mengajak untuk duduk di sekitar restoran sambil sesekali melihat ke bawah mudah-mudahan kabut hilang sehingga saya bisa melihat kawah. Atasan saya menawarkan saya untuk makan, namun sepertinya saya masih kenyang dan akhirnya hanya memesan sandwich dan coklat panas. Atasan saya menerangkan bahwa coklatnya adalah asli sehingga rasanya gurih dan sedikit pahit. Alhamdulillah setidaknya bisa menghangatkan badan mengingat daerah tersebut dingin sekali seperti puncak Bogor.
Pesanan sandwich datang. Saya memang memesan beef sandwich atas saran pelayan karena tidak mengandung babi/fork. Sedangkan Atasan saya memesan jenis lainnya namun mengandung babi/fork. Saya pikir sandwichnya itu kecil tapi ternyata besar sehingga sepertinya akan membuat kenyang. Atasan saya sesekali mengajak ngobrol tentang pekerjaan. Sepertinya beliau sangat berharap sekali agar saya bisa maksimal di pekerjaan ini. Saya hanya bisa jawab saya akan usahakan semaksimal yang saya bisa. Hal ini mendapat pujian darinya, apalagi beliau sangat menghargai pengalaman dan ilmu di dunia packaging. Alhamdulillah.
Setelah menghabiskan sandwich dan coklat panas, Atasan saya mengajak saya untuk pulang. Karena selain sudah jam 6 sore, cuaca juga sepertinya kurang mendukung. Sebelum pulang beliau minta izin ke toilet, saya sempatkan untuk kembali melihat kawah dari balik kaca hotel. Namun tetap saja cuaca kurang bersahabat hari ini. Atasan saya berjanji lain kali akan mengajak saya untuk kembali.
Perjalanan pulang memakan waktu 1.5 jam karena masalah cuaca yang buruk. Hujan deras hampir di setiap tempat hingga sampai di pintu tol keluar ke arah Makati city. Atasan saya berkali-kali menanyakan masalah keislaman selama di jalan. Semuanya saya jawab termasuk alasan kenapa saya tidak puasa. Kemudian juga dia menanyakan penyakit saya. Saya jawab sekarang sedang dalam pengawasan dokter. Yang agak menarik adalah pada saat membahas Al Qur’an. Beliau memuji saya yang bisa membaca tulisan arab. Namun saya jawab, saya hanya bisa membaca Al Qur’an saja, namun jika disodorkan koran berbahasa arab sepertinya saya akan kesulitan membacanya. Duh jadi malu, mustinya saya juga belajar Bahasa Arab secara intensif.
Tiba di Hotel sekitar jam 7.30 malam. Atasan saya mengantarkan saya sampai di depan pintu masuk hotel. Saya berpamitan tanpa lupa mengucapkan selamat jalan dan terima kasih.
Di kamar hotel saya langsung merebahkan badan karena sepertinya kurang enak, mungkin karena cuaca yang kurang baik. Kondisi badan terasa lebih enak jika saya mandi air hangat dan menyantap sup dan beef terayaki yang dipesan lewat telepon ke restoran hotel.
Hari ahad ini sepertinya akan saya habiskan dengan jalan-jalan di Mall sekitar hotel. Saya sudah minta saran ke Teman mall mana saja yang menarik. Teman menyarankan jika ingin belanja souvenir di SM dan LandMark. Kalau mau makan di Green Belt dan Glorietta. Dia malah menyarankan saya untuk ke Glorietta karena sedang ada pameran komputer dan peralatan elektronik lainnya. Mungkin saja saya akan membeli sesuatu disana katanya.
Dari pagi hingga siang saya habiskan di kamar hotel. Pagi-pagi saya turun hanya untuk mendapatkan sarapan pagi kemudian naik lagi ke kamar hanya untuk tiduran sambil nonton TV atau menyalakan laptop sambil berinternet ria. Memang internetan di kamar nyaman sekali. Sebelumnya saya tidak bisa berintertetan gara-gara hotel tidak menyediakan business room dengan koneksi internet broadband seperti layaknya hotel-hotel besar di Jakarta. Mereka menyarankan untuk membeli “internet card” untuk kemudian dihubungkan dengan dial up dari telepon kamar.
Hari ini saya ingin sekali memindahkan acount internet di gmail menjaid POP3 sehingga saya bisa baca email meski koneksi internet mati. Saya coba berkali-kali alhamdulillah berhasil hanya sayang email yang sudah ada di Gmail tidak bisa saya pindahkan ke MS Outlook. Nggak apa-apa lah yang penting kedepannya email bisa masuk ke laptop saya. Selanjutnya saya lanjutkan menulis dan review beberapa materi training yang diberikan Teman.
Jam 11 siang saya baru berani keluar dengan maksud untuk makan siang kemudian jalan-jalan di mall. Saya sempat sms istri menanyakan oleh-oleh apa yang ingin dibeli. Saya sebenarnya ingin membelikan baju, namun sepertinya tidak mungkin mengingat istri berjilbab lebar dan rapi. Akan sangat sulit mencari baju panjang dan lebar di negeri seperti ini. Saya berjanji akan melihat-lihat barang-barang apa saja yang cocok untuk istriku.
Perjalanan mulai dari kawasan Green belt Mall. Saya sempat lihat mall yang sudah buka dan juga restoran di lantai dasar dengan pemandangan indah. Sepertinya akan enak sekali makan disana. Namun kuurungkan mengingat sepertinya akan sulit mendapatkan makanan tanpa babi/fork. Saya teringat Pizza HUT yang pernah saya lewati kalau mau ke Ayala Station. Saya putuskan untuk makan Pizza HUT, kemudian jalan-jalan di SM mall. Mudah-mudahan Pizza HUT banyak pilihan makanan tanpa babi/fork.
Tiba di Pizza HUT jam 11.30 dan saya langsung pesan tempat duduk. Meski agak kaku karena sepertinya mereka heran kenapa saya gunakan bahasa Inggris padahal dari wajah terlihat seperti orang Philipine. Saat pesan pun demikian, pelayan selalu saja memperhatikan wajah saya. Ternyata memang tidak banyak pilihan untuk makanan tanpa babi/fork. Akhirnya saya hanya pesan pizza small 1, sup mushroom, spagety dan mangga juice untuk minum. Semuanya tanpa babi/fork atas saran pelayan.
Seperti biasanya di Indonesia, ternyata memang agak lama juga ya menunggu makanan siap saji ini. Saya punya pengalaman menunggu hingga 1 jam di Pizza HUT Tangerang. Namun mudah-mudahan tidak selama itu disini. Alhamdulillah akhirnya pesanan datang, mulai dari mangga jus, kemudian sup. Spagety dan pizza baru menyusul setelah saya habiskan sup. Saya makan dengan lahap mengingat sudah waktunya untuk makan siang.
Jam 1.30 setelah makan akhirnya saya putuskan untuk jalan-jalan ke mall terdekat dulu yaitu SM mall. Saya akan mencari gantungan kunci, kali aja ada yang bagus untuk oleh-oleh teman-teman di Gunung Sindur. Di toko yang pernah Teman tunjukan sekaligus pernah berbelanja kaos kemaren. Saya masuk dan sepertinya pelayan disana masih mengenal saya. Saya coba tanyakan kaos untuk bayi namun yang ada hanyalah untuk umur diatas 2 tahun. Ya sudah saya cari gantungan kunci akhirnya. Saya dapatkan 3 macam gantungan kunci disana.
Setelah selesai berbelanja, istri sms menanyakan kabar sekaligus keheranan darimana saya dapatkan uang, mengingat gaji di tempat lama belum ditransfer apalagi di tempat baru. Alhamdulillah dapat jatah dari kantor baru, saya jelaskan. Selesai sms ternyata ada lagi dari atasan saya yang isinya meminta izin untuk menelepon ke HP saya. Saya jawab silahkan untuk menelpon dan saya bilang saya lagi jalan-jalan di mall. Atasan akhirnya menelpon menanyakan kabar sekaligus agenda saya hari ini. Saya jawab tidak punya agenda pasti yang jelas mungkin jalan-jalan di mall. Dia akhirnya menyarankan untuk pergi ke tempat yang indah. Saya sanggupi dan beliau akan jemput sekitar jam 3 sore ke hotel. Akhirnya saya sudahi acara jalan-jalan di mall nya. Saya langsung pulang namun tak lupa untuk mampir di supermarket Land Mark untuk membeli makanan kecil dan minuman.
Jam 14.30 Atasan saya menelpon dari Lobby Hotel memberitahukan kalau dia sudah ada di sana menunggu saya. Akhirnya saya turun setelah membawa jaket untuk persiapan disana. Atasan akhirnya mengajak saya untuk menaiki mobilnya. Innova seri terbaru sepertinya dibeli dah sekitar 1 tahun, namun masih terasa nyaman dan lapang di dalamnya. Saya diajak keliling di ayala, ada sebagian yang saya kenal namun kebanyakan tidak.
Kami lewati toll ke arah utara yang merupakan akses ke propinsi lainnya. Mr.Jing menerangkan kita akan berangkan ke Tagaitay dimana tempatnya sejuk seperti di puncak. Disana kita bisa melihat Vulkano atau kawah gunung dengan danaunya. Indah sekali katanya membuat saya ingin segera melihatnya. Sepanjang jalan Atasan saya berkali-kali memuji saya karena saya hapal beberapa tempat di Philippine gara-gara Teman yang sering mengajak ke tempat itu. Seperti halnya station MRT dan LRT yang saya tahu, Mall yang dekat Hotel serta yang lainnya. Atasan bilang saya sudah layaknya seperti orang Philipina karena hapalnya. Hanya sayang saya belum bisa berbahasa tagalog.
Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam normal ke Tagaitay. Namun karena cuaca tidak menentu dimana kadang hujan, kadang juga cerah, kemudian jalan toll ada yang sedang direkontruksi akhirnya perjalanan memakan waktu 1 jam 15 menit. Cuaca memang sedang tidak bagus. Hujan lebat melanda daerah Tagaitay menjadikan saya kesulitan melihat kawah gunung karena tertutup kabut tebal. Sayang sekali ya.
Atasan saya akhirnya mengajak saya untuk mampir di hotel terkenal disana, mudah-mudahan kita dapat melihat kawah tersebut dari Hotel. Mengingat hotel tersebut mempunyai tempat dengan teropong untuk melihat ke bawah. Namun sepertinya Allah belum mengizinkan saya melihat kawah dan danau di bawah. Setibanya di Hotel cuaca masih saja hujan lebat dan kabut tebal. Atasan saya menanyakan kondisi cuaca ini ke pelayan hotel dan dijawab semenjak pagi memang seperti itu. Saya pun memaklumi meskipun Atasan saya keheranan karena biasanya sore hari hujannya sudah reda.
Akhirnya untuk mengisi waktu sambil istirahat, Atasan saya mengajak untuk duduk di sekitar restoran sambil sesekali melihat ke bawah mudah-mudahan kabut hilang sehingga saya bisa melihat kawah. Atasan saya menawarkan saya untuk makan, namun sepertinya saya masih kenyang dan akhirnya hanya memesan sandwich dan coklat panas. Atasan saya menerangkan bahwa coklatnya adalah asli sehingga rasanya gurih dan sedikit pahit. Alhamdulillah setidaknya bisa menghangatkan badan mengingat daerah tersebut dingin sekali seperti puncak Bogor.
Pesanan sandwich datang. Saya memang memesan beef sandwich atas saran pelayan karena tidak mengandung babi/fork. Sedangkan Atasan saya memesan jenis lainnya namun mengandung babi/fork. Saya pikir sandwichnya itu kecil tapi ternyata besar sehingga sepertinya akan membuat kenyang. Atasan saya sesekali mengajak ngobrol tentang pekerjaan. Sepertinya beliau sangat berharap sekali agar saya bisa maksimal di pekerjaan ini. Saya hanya bisa jawab saya akan usahakan semaksimal yang saya bisa. Hal ini mendapat pujian darinya, apalagi beliau sangat menghargai pengalaman dan ilmu di dunia packaging. Alhamdulillah.
Setelah menghabiskan sandwich dan coklat panas, Atasan saya mengajak saya untuk pulang. Karena selain sudah jam 6 sore, cuaca juga sepertinya kurang mendukung. Sebelum pulang beliau minta izin ke toilet, saya sempatkan untuk kembali melihat kawah dari balik kaca hotel. Namun tetap saja cuaca kurang bersahabat hari ini. Atasan saya berjanji lain kali akan mengajak saya untuk kembali.
Perjalanan pulang memakan waktu 1.5 jam karena masalah cuaca yang buruk. Hujan deras hampir di setiap tempat hingga sampai di pintu tol keluar ke arah Makati city. Atasan saya berkali-kali menanyakan masalah keislaman selama di jalan. Semuanya saya jawab termasuk alasan kenapa saya tidak puasa. Kemudian juga dia menanyakan penyakit saya. Saya jawab sekarang sedang dalam pengawasan dokter. Yang agak menarik adalah pada saat membahas Al Qur’an. Beliau memuji saya yang bisa membaca tulisan arab. Namun saya jawab, saya hanya bisa membaca Al Qur’an saja, namun jika disodorkan koran berbahasa arab sepertinya saya akan kesulitan membacanya. Duh jadi malu, mustinya saya juga belajar Bahasa Arab secara intensif.
Tiba di Hotel sekitar jam 7.30 malam. Atasan saya mengantarkan saya sampai di depan pintu masuk hotel. Saya berpamitan tanpa lupa mengucapkan selamat jalan dan terima kasih.
Di kamar hotel saya langsung merebahkan badan karena sepertinya kurang enak, mungkin karena cuaca yang kurang baik. Kondisi badan terasa lebih enak jika saya mandi air hangat dan menyantap sup dan beef terayaki yang dipesan lewat telepon ke restoran hotel.
Terjebak Hujan dan Badai
Sabtu, 29 September 207
Hari ini adalah hari ke-5 saya berada di daratan Philipine tepatnya di Makati City Manilla. Sebagaimana hari-hari lainnya, hari ini pun saya berencana untuk mengunjungi customer Cygnus karena memang perbaikan alat dan kalibrasi belum selesai. Kemaren Jum’at kita sudah berjanji akan pergi kesana hari Sabtunya menyelesaikan semua yang belum dikerjakan. Sebagai informasi, biasanya memang hari Sabtu adalah hari libur di Makati City. Kemungkinan karena ini pabrik jadinya hari Sabtu juga tetap masuk.
Sesuai dengan janji sebelumnya dengan Teman, saya pun memulai perjalanan sekitar jam 8.35 pagi dari Hotel menuju Ayala MRT station. Hari ini mungkin agak lain. Biasanya saya berada diantara kerumunan orang-orang yang akan berangkat kerja. Namun tidak dengan hari ini, hampir semua jalanan dan gang yang saya lewati agak lenggang. Maklum mungkin karena libur di sebagian besar Makati City. Saya bisa agak santai berjalan di pinggiran mall.
Cuaca hari ini mungkin boleh dibilang tidak terlalu bagus. Hampir setiap saat hujan baik hujan agak deras atau hanya gerimis. Kadang tidak bisa diprediksi. Saya kebetulan ada payung pinjaman dari Teman lainnya sewaktu pertama kali datang. Beliau sengaja memberikan pinjaman mengingat cuaca di Philipine akhir-akhir ini sering hujan. Sepertinya cuaca sama seperti Bogor kalau musim hujan. Hampir seminggu kadang hujan terus menerus sehingga baju lembab dan basah terus karena humiditi yang tinggi.
Perjalanan ke Ayala MRT Station hanya sekitar 20 menit. Saya sempat melihat-lihat toko-toko di seberang, kali aja ada yang menarik sehingga nanti sore saya bisa jalan-jalan melihat-lihat ke dalam. Yang jelas, saya belum coba PIZZA HUT di Philipine, lain kali mungkin pas saya agak luang akan makan di PIZZA HUT. Saya istirahat untuk mengurangi cucuran keringat karena jalan kaki dan cuaca yang lembab. Alhamdulillah keringat kering setelah istirahat sekitar 10 menit. Teman sepertinya telat, soalnya sampai jam 9.00 belum juga kirim kabar.
5 menit berikutnya Teman kirim sms memberikan kabar keterlambatannya karena badai. Kemungkinan 15 menit lagi sampai ke Ayala katanya. Saya jawab dengan OK dan mengabarkan sudah di sekitar Ayala Station. Kembali saya cek HP dan memberikan kabar ke Istri di Indonesia melalui SMS. Saya coba perhatikan orang-orang yang sepertinya akan pergi berlibur dengan stelan baju gunung dan celana pendek. Sepertinya di menunggu seseorang, ternyata seorang perempuan yang juga memakai celana pendek. Sepertinya mereka akan berlibur ke pegunungan terlihat dari stelan baju dan tas cariel yang disandangnya.
Teman memecah lamunanku dengan teleponnya. Dia mengabarkan sudah berada di Ayala station di tempat ticket. Saya disuruh untuk naik dan bertemu dekat tempat ticket. Eskalator kebetulan masih rusak, akhirnya saya pakai tangga biasa untuk naik sekitar 8-10m Ayala Station. Saya akhirnya bertemu Teman di sana. Dia tak lupa menanyakan kabar serta bercerita tentang badai yang melanda Philipine. Kami masuk station kemudian langsung masuk MRT yang sudah terbuka. Di dalam tidak terlalu banyak orang, mungkin karena hari ini hari libur. Tapi sepertinya orang-orang malas keluar mengingat cuaca hujan dan dingin.
Seperti biasa, di North Avenue kami berhenti dan turun. Teman mengajak sarapan atau minum kopi di Mall. Saya menyetujuinya mengingat dinginnya cuaca. Saya diajak ke Dunkin Donut dan membeli 2 donut besar, 2 kopi hitam dan 1 bungkus isi sekitar 20 donut kecil oleh-oleh untuk Ms. Rachel (customer Cygnus). Kita akhirnya menyantap donut masing-masing 1 dan kopi. Rasa kopi agak kuat namun menyegarkan. Teman menjelaskan kalau ini adalah kopi tradisional khas Philipine yang tidak akan didapatkan di Indonesia.
Dari Dunkin donuts, kami lanjutkan perjalanan menuju terminal bus di dekat MRT North Avenue. Kadang MRT yang akan parkir terlihat dari bawah. North Avenue merupakan statiun terakhir MRT 3 arah Utara, sehingga MRT yang tiba akan diparkir sebentar sebelum balik lagi ke arah Ayala. Kami berjalan sambil sesekali memakai payung karena ada tempat yang tidak diberik canopi. Di “pasukan” atau line arah Novaliches, Malinta Exit kami menunggu. Namun sepertinya kami harus merasakan badai kencang menerpa dengan cucuran air hujan. Berkali-kali Teman menutupi kami dengan payungnya agar tidak basah. Beliau sesekali menjelaskan kalau Philipine sering kali dilanda badai terutama musim hujan. Dia menunjukkan pergerakan awan hitam yang cepat sekali akibat badai kencang.
Bus yang kami tunggu sekitar setengah jam lebih tidak kunjung datang. Kita tidak tahu kenapa seperti ini, apakah karena badai sehingga macet atau memang tidak beroperasi. Akhirnya Teman mengajak saya naik bus jurusan Monumento. Katanya nanti kita lanjutkan dengan Jeep. Kami akhirnya naik dan turun di Monumento. Kemudian dilanjutkan dengan Jeep. Kami turun di dekat LRT station. Teman bilang kita tidak jadi ke customer karena hujan dan badai yang kencang. Teman agak khawatir akan menyulitkan pergi kesana mengingat medan yang dilalui. Akhirnya kami pulang memakai LRT Monumento.
LRT tidak terlalu penuh saat kami masuk. Dapat kami lihat melalui LRT ternyata badai memang kencang sekali. Beruntung kami bisa kembali dengan LRT. Di station EDSA Kami turun kemudian kami pindah ke MRT menuju Ayala Station. Teman berjanji akan mengajak saya ke SM mall melihat-lihat barang untuk oleh-oleh.
Di SM Mal Teman mengantarkan saya untuk mencari-cari souvenir di Kultura Shop SM mall lantai 2. Saya hanya sempatkan untuk beli oleh-oleh kaos 4 buah untuk saya, kakak, adik, dan bapak di Ciamis. Namun saya kebingungan oleh-oleh apa untuk ibu, istri dan Fawwaz (anak pertama saya). Biar nanti saya tanyakan ke mereka via telepon saja. Setelah dari kultura, Teman mengajak kami ke toko lainnya di Land Mark. Saya sempatkan untuk beli gantungan kunci disana. Mengingat sepertinya Teman ada keperluan di rumahnya, akhirnya saya akhiri belanja karena kasihan. Lain kali insyaallah akan dilanjutkan kalau saya ada waktu luang.
Akhirnya kami pulang menyusuri mall itu melalui Ayala Museum kemudian kami berpisah di sekitar Green Belt Mall yang sedang dibangun. Teman pulang dengan jeepney sedangkan saya jalan menuju hotel di kawasan Green Belt.
Hari ini adalah hari ke-5 saya berada di daratan Philipine tepatnya di Makati City Manilla. Sebagaimana hari-hari lainnya, hari ini pun saya berencana untuk mengunjungi customer Cygnus karena memang perbaikan alat dan kalibrasi belum selesai. Kemaren Jum’at kita sudah berjanji akan pergi kesana hari Sabtunya menyelesaikan semua yang belum dikerjakan. Sebagai informasi, biasanya memang hari Sabtu adalah hari libur di Makati City. Kemungkinan karena ini pabrik jadinya hari Sabtu juga tetap masuk.
Sesuai dengan janji sebelumnya dengan Teman, saya pun memulai perjalanan sekitar jam 8.35 pagi dari Hotel menuju Ayala MRT station. Hari ini mungkin agak lain. Biasanya saya berada diantara kerumunan orang-orang yang akan berangkat kerja. Namun tidak dengan hari ini, hampir semua jalanan dan gang yang saya lewati agak lenggang. Maklum mungkin karena libur di sebagian besar Makati City. Saya bisa agak santai berjalan di pinggiran mall.
Cuaca hari ini mungkin boleh dibilang tidak terlalu bagus. Hampir setiap saat hujan baik hujan agak deras atau hanya gerimis. Kadang tidak bisa diprediksi. Saya kebetulan ada payung pinjaman dari Teman lainnya sewaktu pertama kali datang. Beliau sengaja memberikan pinjaman mengingat cuaca di Philipine akhir-akhir ini sering hujan. Sepertinya cuaca sama seperti Bogor kalau musim hujan. Hampir seminggu kadang hujan terus menerus sehingga baju lembab dan basah terus karena humiditi yang tinggi.
Perjalanan ke Ayala MRT Station hanya sekitar 20 menit. Saya sempat melihat-lihat toko-toko di seberang, kali aja ada yang menarik sehingga nanti sore saya bisa jalan-jalan melihat-lihat ke dalam. Yang jelas, saya belum coba PIZZA HUT di Philipine, lain kali mungkin pas saya agak luang akan makan di PIZZA HUT. Saya istirahat untuk mengurangi cucuran keringat karena jalan kaki dan cuaca yang lembab. Alhamdulillah keringat kering setelah istirahat sekitar 10 menit. Teman sepertinya telat, soalnya sampai jam 9.00 belum juga kirim kabar.
5 menit berikutnya Teman kirim sms memberikan kabar keterlambatannya karena badai. Kemungkinan 15 menit lagi sampai ke Ayala katanya. Saya jawab dengan OK dan mengabarkan sudah di sekitar Ayala Station. Kembali saya cek HP dan memberikan kabar ke Istri di Indonesia melalui SMS. Saya coba perhatikan orang-orang yang sepertinya akan pergi berlibur dengan stelan baju gunung dan celana pendek. Sepertinya di menunggu seseorang, ternyata seorang perempuan yang juga memakai celana pendek. Sepertinya mereka akan berlibur ke pegunungan terlihat dari stelan baju dan tas cariel yang disandangnya.
Teman memecah lamunanku dengan teleponnya. Dia mengabarkan sudah berada di Ayala station di tempat ticket. Saya disuruh untuk naik dan bertemu dekat tempat ticket. Eskalator kebetulan masih rusak, akhirnya saya pakai tangga biasa untuk naik sekitar 8-10m Ayala Station. Saya akhirnya bertemu Teman di sana. Dia tak lupa menanyakan kabar serta bercerita tentang badai yang melanda Philipine. Kami masuk station kemudian langsung masuk MRT yang sudah terbuka. Di dalam tidak terlalu banyak orang, mungkin karena hari ini hari libur. Tapi sepertinya orang-orang malas keluar mengingat cuaca hujan dan dingin.
Seperti biasa, di North Avenue kami berhenti dan turun. Teman mengajak sarapan atau minum kopi di Mall. Saya menyetujuinya mengingat dinginnya cuaca. Saya diajak ke Dunkin Donut dan membeli 2 donut besar, 2 kopi hitam dan 1 bungkus isi sekitar 20 donut kecil oleh-oleh untuk Ms. Rachel (customer Cygnus). Kita akhirnya menyantap donut masing-masing 1 dan kopi. Rasa kopi agak kuat namun menyegarkan. Teman menjelaskan kalau ini adalah kopi tradisional khas Philipine yang tidak akan didapatkan di Indonesia.
Dari Dunkin donuts, kami lanjutkan perjalanan menuju terminal bus di dekat MRT North Avenue. Kadang MRT yang akan parkir terlihat dari bawah. North Avenue merupakan statiun terakhir MRT 3 arah Utara, sehingga MRT yang tiba akan diparkir sebentar sebelum balik lagi ke arah Ayala. Kami berjalan sambil sesekali memakai payung karena ada tempat yang tidak diberik canopi. Di “pasukan” atau line arah Novaliches, Malinta Exit kami menunggu. Namun sepertinya kami harus merasakan badai kencang menerpa dengan cucuran air hujan. Berkali-kali Teman menutupi kami dengan payungnya agar tidak basah. Beliau sesekali menjelaskan kalau Philipine sering kali dilanda badai terutama musim hujan. Dia menunjukkan pergerakan awan hitam yang cepat sekali akibat badai kencang.
Bus yang kami tunggu sekitar setengah jam lebih tidak kunjung datang. Kita tidak tahu kenapa seperti ini, apakah karena badai sehingga macet atau memang tidak beroperasi. Akhirnya Teman mengajak saya naik bus jurusan Monumento. Katanya nanti kita lanjutkan dengan Jeep. Kami akhirnya naik dan turun di Monumento. Kemudian dilanjutkan dengan Jeep. Kami turun di dekat LRT station. Teman bilang kita tidak jadi ke customer karena hujan dan badai yang kencang. Teman agak khawatir akan menyulitkan pergi kesana mengingat medan yang dilalui. Akhirnya kami pulang memakai LRT Monumento.
LRT tidak terlalu penuh saat kami masuk. Dapat kami lihat melalui LRT ternyata badai memang kencang sekali. Beruntung kami bisa kembali dengan LRT. Di station EDSA Kami turun kemudian kami pindah ke MRT menuju Ayala Station. Teman berjanji akan mengajak saya ke SM mall melihat-lihat barang untuk oleh-oleh.
Di SM Mal Teman mengantarkan saya untuk mencari-cari souvenir di Kultura Shop SM mall lantai 2. Saya hanya sempatkan untuk beli oleh-oleh kaos 4 buah untuk saya, kakak, adik, dan bapak di Ciamis. Namun saya kebingungan oleh-oleh apa untuk ibu, istri dan Fawwaz (anak pertama saya). Biar nanti saya tanyakan ke mereka via telepon saja. Setelah dari kultura, Teman mengajak kami ke toko lainnya di Land Mark. Saya sempatkan untuk beli gantungan kunci disana. Mengingat sepertinya Teman ada keperluan di rumahnya, akhirnya saya akhiri belanja karena kasihan. Lain kali insyaallah akan dilanjutkan kalau saya ada waktu luang.
Akhirnya kami pulang menyusuri mall itu melalui Ayala Museum kemudian kami berpisah di sekitar Green Belt Mall yang sedang dibangun. Teman pulang dengan jeepney sedangkan saya jalan menuju hotel di kawasan Green Belt.
Thursday, October 04, 2007
Hari Ini Saya ke Masjid
Hari ini adalah Jum’at, 28 September 2007 bertepatan dengan hari ke-4 saya berada di Philipine. Terus terang sudah banyak hal yang saya ketahui mulai dari adanya MRT atau LRT kemudian juga jeep dan motorcycle sebagai sarana transfortasi di sini. Namun ada yang belum saya ketahui saat ini adalah dimanakah letak masjid di Manila. Hari ini Teman, teman saya yang mengajari banyak tentang alat berjanji akan mengajak saya ke Masjid. Duh senangnya.. Sudah saya bayangkan bagaimana kerinduan akan rumah Allah berada di depan mata. Ya Allah izinkan hamba bersujud di rumahMu di negeri ini. Amien.
Pagi itu kami berjanji untuk bertemu di Ayala Station of MRT dekat SM Mall jam 9.00. Agar tidak telat, saya mulai berjalan dari Hotel di Charter House Green Belt sejak 8.30. Mudah-mudahan 30 menit sampai saya pikir. Akhirnya saya susuri jalan kemudian naik tangga dan menyusuri lagi gang/aisle di kawasan Green Belt Mall menuju Land Mark Mall. Dari Land Mark Mall yang waktu itu masih tutup saya susuri depan pertokoannya yang sepertinya belum ada yang buka. Memang di sini toko dan Mall buka jam 10.00 pagi. Biasanya saya dan Teman bisa masuk ke Mall meski hanya numpang lewat.
Sesaat akan menyembrang jalan di kawasan Land Mark Mall menuju mall Glorietta, ada telepon masuk. Saya pikir mungkin keluarga di Indonesia menelpon karena tidak ada nomor atau “private number”. Biasanya kalau dapat telepon International Roaming tidak menampilkan nomor di HP hanya kadang “private number”, “+63000” atau kadang kosong hanya “Call” saja. Saya terima ternyata Atasan saya, boss saya, beliau menelpon dari Indonesia. Memang saat ini beliau masih di Indonesia untuk menyelesaikan beberapa masalah terkait dengan pembukaan cabang baru di Indonesia. Dia menanyakan posisi saya dan saya jawab sedang di Land Mark mau menyebrang. Beliau meminta agar berhenti sesaat karena ada yang mau disampaikan. Akhirnya saya sanggupi dengan menepi di mall Glorietta setelah saya menyebrang. Atasan saya menanyakan masalah visa ke China yang belum saya dapatkan. Apakah masih sempat dibuat di Indonesia mengingat saya pulang seminggu sebelum Lebaran dan akan kembali ke Manila kemudian ke China seminggu setelah Lebaran.
Saya jelaskan bahwa saya masih sempat untuk mengurus visa. Beliau agak khawatir karena waktunya mepet. Akhirnya saya sanggupi untuk menanyakan hal ini ke kakak yang punya kenalan yang sering mengurus visa. Sekaligus juga menanyakan kapan Ambassy China libur. Saya telepon waktu itu juga ke kakak di Indonesia minta tolong konfirmasi semuanya tentang Visa China. Siang kakak berjanji untuk memberikan informasi lewat SMS ke HP saya.
Saya lanjutkan perjalanan menuju SM Mall mengitari pinggiran mall. Biasanya kalau pulang lewat sini saya dan Teman pasti lewat dalam Mall. Tapi karena masih pagi dan Mall belum buka akhirnya saya hanya bisa lewat pinggiran Mall. Patokan paling jelas adanya Pizza Hut di sana. Kemaren sempat saya ajak Teman untuk makan malam di Pizza HUT. Tetapi dia menolak dengan alasan sedang terburu-buru. Ya sudahlah, saya juga malas makan sendiri, mendingan di Hotel saja.
SM mall saya lewati meski hanya lewat pinggirannya (trotoar). Akhirnya sampai di Ayala Station jam 8.56. Cepat juga ya. Berarti hanya sekitar 15 menit saya berjalan jika tidak ada telepon. Saya berjanji untuk menunggu dekat counder McD di bawah Ayala Avenue Station. Saya coba cari tempat duduk, akhirnya dapat agak ke dalam dan duduk diantara sekian banyak orang yang duduk entah menunggu atau hanya untuk sarapan pagi. Saya hanya bisa memperhatikan orang-orang, mau makan sudah di Hotel. Saya cek HP ada 2 pesan. 1 dari Atasan saya mengingatkan masalah visa dan satu lagi dari Teman menginformasikan kalau dia telat 15 menit. Ok saya tunggu sambil sms-smsan ke Kakak dan Atasan saya, tak lupa pula bilang saya sudah di Ayala ke Teman.
Teman sms lagi setelah 15 menit dan menginformasikan kalau dia sudah ada di Ayala sebentar lagi menjemputku. Saya tunggu sambil sesekali berdiri agar Teman dapat melihatku. 10 menit berlalu, akhirnya saya menemukan Teman. Teman meminta maaf atas keterlambatannya. Dia menjelaskan alasannya yang tidak lain kurang tidur karena menemani ayah dan saudaranya yang datang tiba-tiba semalam. Aku mengerti karena saya lihat matanya merah karena mengantuk.
Kami akhirnya naik ke Station Ayala Avenue menggunakan tangga biasa karena eskalator kebetulan belum difungsikan. Meski tinggi kira-kira 10m akhirnya kami sampai juga. Teman beli magnetic ticket untuk MRT untuk kami berdua. Saya sudah bisa memasukan ticketnya meski tidak ada tanda panduan. Beberapa hari ini Teman sering mengajari dan menunjukkan bagaimana memakai magnetic ticket. Saking seringnya akhirnya saya terbiasa juga. Tujuan kita hari ini sama dengan kemaren yaitu ke North Avenue station yang merupakan station terakhir. MRT hari ini agak penuh, tapi alhamdulillah kita masih bisa masuk meski berdiri. Tapi tak apa, soalnya di dalamnya full AC.
Baru kira-kira 3 station kami lewati ada kursi kosong yang cukup untuk kami duduki. Akhirnya kami duduk dan kembali meneruskan perjalanan sambil sesekali mengobrol ringan. Saya tidak perduli apakah orang-orang memperhatikan atau tidak, mengingat saya berbicara bahasa inggris dan sekitar rata-rata berbahasa tagalog. Mudah-mudahan mereka juga memaklumi. Di North Avenue kami turun dan keluar.
Sebelum ke luar, Teman mengajakku untuk makan siang. Aku menolak karena masih kenyang dan waktu itu masih jam 10.30. Biar nanti sepulang dari Cygnus company saja kata saya. Akhirnya Teman menyetujui dan dia hanya beli roti dan soft drink. Saya menyetujui. Namun sepertinya saya mau ke toilet mau kencing. Sempat saya lihat ada toilet namun tidak bisa kumasuki karena lokasinya di dalam station dan kita sudah keluar lewat magnetic aisle. Pas kulihat ada orang yang masuk lewat pintu pagar yang tidak dikunci, saya bilang Teman. Awalnya dia tidak setuju, tapi pas saya tunjukan ada pintu pagar yang dibuka akhirnya dia menyetujuinya dan berkata tidak apa-apa.
Masalah baru timbul pada saat saya keluar dari Toilet mau balik ke tempat Teman. Pintu pagar yang semula terbuka ternyata sudah tertutup. Saya bingung mau lewat mana. Akhirnya saya coba paksakan lewat pintu pagar tadi. Memang bisa dibuka, tapi apa yang terjadi. Saya kaget, ternyata terlihat Polisi/satpam. Mereka langsung menghampiri dan menanyakan memakai bahasa Tagalog. Saya bingung tidak mengerti, saya coba jelaskan memakai Bahasa Inggris, tapi sepertinya mereka tidak mengerti. Saya mulai kebingungan akhirnya memanggil Teman yang sedang membeli roti dan minuman dekat situ. Alhamdulillah mereka akhirnya mengerti meski agak sewot setelah dijelaskan Teman dan dibantu orang yang sedari tadi berdiri di dekat pintu pagar. Alhamdulillah ya Allah..
Perjalanan kali ini diteruskan memakai bus atau public transportation jurusan Novaliches dan lewat Tol Malinta. Teman mencoba menjelaskan semua jurusannya, meski kadang saya jawab dengan anggukan kepala karena bingung banyak banget namanya dan asing di telinga. Ya sudahlah yang penting sampai ke customer. Alhamdulillah sampai sekitar jam 11.30 pagi di customer. Kita sempat ganti kendaraan dari bus ke motorcycle / threechycle menuju ke tempat customer. Kita langsung meneruskan pengecekan dan kalibrasi alat yang kemaren masih terpending karena harus menunggu hasil pengecekan sampai dengan hari ini.
Pengecekan dan kalibrasi akhirnya selesai sekitar jam 13.30. Teman memutuskan untuk menyelesaikan dan membiarkan pengecekannya hingga besok pagi. Kami akhirnya berdiskusi dan ngobrol sebentar dengan customer di sana. Kami berjanji untuk kembali besok. Mereka bilang agar hati-hati dan selamat beribadah. Saya bingung bagaimana mereka tahu kalau saya mau ke Masjid. Ternyata memang Teman cerita ke mereka memakai bahasa tagalog, pantas saja. Saya ucapkan terima kasih ke mereka.
Akhirnya kami pergi. Dari customer kami pakai threecylcle kembali dan kemudian dilanjutkan memakai jeep menuju ke perempatan dekat toll. Perjalanan selalu saja dipenuhi kemacetan karena memang jalan yang dilewati sedang mengalami renovasi. Setelah 1 jam terjebak, kahirnya kami sampai juga di dekat toll. Teman mengajak makan siang di Jollibee. Franchise fried chicken terkenal di Philipine dibandingkan KFC dan McD. Awalnya saya ingin pesan meatball soup, tetapi ternyata mengandung babi/fork. Ya sudah akhirnya pesan Fried Chicken saja. Teman malah menambahkan menjadi 2 Fried chicken dan 1 ice cream.
Selesai makan Teman mengajak saya untuk naik bus tradisional karena terkesan tua dan tanpa kaca jendela. Bus pertama tidak jadi kami naiki karena ternyata penuh. Teman tidak mau berdiri. Biasanya kami gunakan bus biasa atau AC menuju ke North Avenue MRT. Namun kali ini sengaja menggunakan bus lain agar cepat sampai di Quiapo, central Manilla tempat masjid berada. Di bus kedua baru kami dapat tempat duduk. Di tengah perjalanan sudah dekat Quiapo, Teman mengajak turun dan berganti dengan Jeep. Sayang perjalanan macet tanpa tahu alasannya. Saya sempat diingatkan apakah saya menelpon Teman lainnya barusan? Saya jawab tidak, tapi tadi pagi. Saya coba cek ternyata memang ada panggilan ke Teman lainnya. Ternyata pengunci HP Nokia saya tidak berfungsi sehingga saat saya simpan di tas dan terpencet ke Nomor Teman lainnya. Saya coba cek pulsa hanya tinggal 1.45 Peso saja. Teman coba jelaskan semuanya ke Teman lainnya melalui SMS. Teman lainnya mengerti dan akhirnya berjanji akan memberikan pulsa lagi sebanyak 300 Peso melalui Teman.
Di dekat pasar Teman mengajak turun dan kemudian kami berjalan meyusuri pasar berbagai macam jenis barang jualan seperti umumnya pasar kering di Indonesia. Saya sempat temukan ada muslim dengan peci dan stelan baju muslim (koko) di tengah-tengah orang-orang yang hilir mudik. Alhamdulillah saya bisa lihat saudara muslim di Philipine. Rasanya seperti melihat saudara jauh. Namun saya tidak berani menyapa mengingat Teman terus mengajak berjalan dan sering mengingatkan untuk hati-hati dengan barang-barang karena sering ada copet dll.
Pada suatu tempat lainnya saya temukan ibu-ibu dan remaja yang mengenakan jilbab. Subhanallah ini ternyata sudah masuk perkampungan muslim. Saya sempat tanyakan Teman dan dijawab anggukan. Teman sempat beberapa kali menanyakan masjid kepada orang-orang. Tadinya saya mau bantu dengan menanyakan kepada ibu yang memakai jilbab, tapi Teman menolak dan bekata tidak usah.
Tak lama kemudian saya lihat perkampungan yang bernuansa lain. Dilihat banyak sekali orang memakai peci dan jilbab. Seperti layaknya sebuah perkampungan di Indonesia terutama kawasan dekat masjid atau pesantren. Mereka kentara dengan jilbab dan peci. Saya merasakan suasana yang lain. Suasana penuh ruhiyah dan ukhuwah. Hanya sayang saya tidak dapat menyapa mereka dengan ucapan terbaik menurut Islam yaitu “Assalamu’alaikum”. Teman selalu mengingatkan saya untuk berhati-hati. Sedih sekali rasanya.
Akhirnya saya bisa melihat sebuah kubah masjid. Senang sekali rasanya. Bahagia tiada tara dan tidak dapat diungkap lewat kata dan makna. Hanya Dia yang tahu bagaimana senangnya hati ini. Semakin dekat semakin terlihat jelas dan terlihatlah Masjid Indah yang dibayangkan. Meski catnya sudah luntur dan kusam, tapi sepertinya itulah keindahannya. Teman akhirnya mempersilahkan saya untuk masuk dan dia akan menunggu di luar gerbang. Teman sempat bertanya kira-kira berapa lama? Saya jawab paling lama 15 menit untuk shalat dll.
Saya masuk ke halaman masjid dan sudah terlihat sebuah nuansa ruhiyah. Banyak sekali orang yang berada di dalam meski hanya duduk bersila. Ada juga yang tilawah atau sekedar ngobrol dengan temannya. Rata-rata mereka memakai pakaian khas seperti koko dan peci yang sudah tidak asing buat saya. Saya buka sepatu dan kaos kaki. Saya coba mencari tempat penitipan sambil kebingungan bagaimana membayarnya karena tas berisi HP dan uang saya titipkan ke Teman. Saya ucapkan “Assalamu’alaikum” dan masuk masjid. Dijawab seseorang “Wa’alaikumsalam”. Saya tanyakan dengan bahasa inggris apakah saya boleh simpan sepatu disini. Beliau jawab silahkan. Beliau bertanya dari manakah saya ini kok sepertinya baru disini. Saya jelaskan saya dari Indonesia dan sedang training di Philipine. Saya minta izin untuk wudlu dan shalat. Beliau mempersilahkan sambil menunjukkan tempat wudlu. Tak lupa beliau berpesan untuk kembali kepadanya. Sepertinya ada yang ingin ditanyakan kepada saya. Saya sanggupi.
Dengan tidak sabar ingin segera menghadap Allah, saya langsung ke tempat wudlu. Terlihat kran air dengan tempat duduk berpasangan dengan jumlah kran airnya. Kuketahui dari orang-orang itu adalah tempat untuk duduk selagi wudlu. Akhirnya saya basuh muka ini dengan air dingin dan menyegarkan. Seakan membersihkan dosa diri, rasanya akan menghadap seorang yang Istimewa dan berbeda. Kemudian kumasuki masjid dengan penuh khyusuk dan syahdu. Saya cari tempat paling depan agar tidak terganggu. Saya lihat orang di depan sedang tilawah dengan suara tartil membacakan surat ke-55. Surat terindah menurut saya karena kandungan makna dan juga kata-kata indahnya. Surat Ar Rahman yang kaya dengan lafadz “Fabiayyiallairobbikuma tukadzibun – maka nikmat Tuhanmu manakah yang akan engkau dustakan”. Duh robbi indahnya sepertinya saya ingin sekali mendengarkannya hingga akhir surat itu. Sungguh teringat akan awal perkenalan saya pada surat itu pada malam syahdu Qiyamull Lail di masa orientasi rohis kampus. Ingin rasanya saya menangis, namun kuurungkan saat teringat janji dengan orang dan Teman.
Saya shalat Dhuhur dan Ashar masing-masing empat rakaat dengan Jamak Takhir. Saya tidak ingin mengqasar agar tidak terlalu cepat. Rugi rasanya di masjid yang lama dirindukan saya mengqasar shalat. Selesai salam shalat terakhir, saya sempatkan berdo’a. Sebuah do’a tulus meminta agar saya istiqomah dan dilancarkan semua urusan serta diberikan kesabaran karena berada di tengah komunitas non muslim. Tak lupa saya minta ampunan atas kelemahan dan kesalahan. Kesedihan atas tidak melakukan puasa ramadhan karena sakit dan mengikuti saran dokter. Sedih ya Allah. Sepertinya cobaan sakit dan tidak dapat berpuasa adalah yang terbesar. Ingin rasanya saya berteriak meminta kekuatan dan kepercayaan. Selesai sudah do’a dan kututup dengan ucapan amin dan mengusapkan tangan di wajah.
Selesai shalat tak lupa saya temui bapak yang katanya adalah sekretaris masjid ini. Saya pun bertemu dan berjabat tangan tanpa lupa memeluk seperti saudara. Bapak yang baru kukenal ini namanya bapak Roni dan tinggal di sekitar masjid. Beliau berasal dari Mindanao yaitu Philipine bagian Selatan. Beliau bercerita bahwa disana komunitas muslim adalah dominan sekitar 99.99% subhanalllah. Andai saya training disana, akan lebih indah lagi. Beliau menanyakan darimana dan sedang apa di Philipine. Saya jawab sejelas-jelasnya hingga dia mengerti. Saya sempat tanyakan apakah ada masjid lain di Makati city? Beliau menggelengkan kepala dan hanya menjawab paling ada di beberapa embassy yang muslim seperti Saudi Arabia, Malaysia dan tentunya Indonesia. Duh sulit sekali. Ketika beliau bertanya apakah saya puasa, saya bingung jawabnya dan hanya tersenyum simpul, malu sekali. Akhirnya pembicaraan ditutup karena saya tidak enak dengan Teman yang menunggu di luar. Beliau sempat menanyakan dimana bisa dapatkan kopiah hitam khas Indonesia dan saya jawab tentunya di Indonesia, bisa di Jakarta atau Surabaya.
Ingin rasanya aku berlama-lama tinggal di masjid itu, namun aku juga tidak mau mengecewakan dan membuat kesal Teman. Terakhir sebelum saya pulang, saya sempatkan memfoto masjid lewat camera HP ku. Ini sebagai kenang-kenangan terindah yang akan saya ceritakan ke teman-teman di Indonesia. Terima Kasih ya Allah.
Teman mengajak pulang dengan jalan kaki. Di tengah jalan saya sepatkan membeli kue manis (sweet cake) bulat dan juga roti khas arab atas saran Teman. Saat di tengah perjalanan kulihat ada toko kerajinan dan akhirnya kuminta Teman untuk melihat-lihat. Saat akan membeli, Teman menyarankan jangan karena mahal. Beliau berjanji akan mengantarkanku membeli souvenir di mall dekat hotelku. Akhirnya kuteruskan perjalanan pulang menuju tempat jeep. Teman sempat membelikanku pulsa sebesar 300 peso sebelum naik jeep. Akhirnya kami pulang dari sana menggunakan jeep.
Di sekitar United Nation (UN) kami turun dan bermaksud mencari Taksi ke arah hotelku. Namun sayang dari 5 Taksi yang kami tanya rata-rata menolak mengantar kami dengan berbagai macam alasan tidak masuk akal. Teman kesal dan cerita kalau supir taksi di Philipine kadang seeanaknya sendiri. Akhirnya saya sarankan untuk naik LRT (Light Rate Transportation) karena kebetulan di tempat itu ada rell LRT. Teman menyetujuinya. Kami pun naik tangga menuju station LRT. Saya kebetulan masih simpan ticket kereta pertama kali naik LRT. Saya tanyakan ke Teman apakah masih bisa dipakai, dia jawab ya. Akhirnya saya pakai ticket itu untuk masuk.
Suasana LRT agak penuh namun kami dapat masuk meski berdiri. Di station Quirino ada yang turun sehingga saya dan Teman bisa duduk. Awalnya kami akan turun di Gill Puyat agar bisa langsung memakai Taksi ke Hotel, namun Teman punya ide untuk turun di EDSA kemudian dilanjutkan memakai MRT ke Ayala Avenue. Saya menyetujuinya agar bisa jalan kaki dan bisa mampir dulu di Mall.
Kami turun di EDSA station dan langsung berjalan mengikuti arah orang-orang yang kebanyakan akan melanjutkan dengan MRT. Sore itu memang orang-orang sama seperti kami yang ingin pulang dan melanjutkan dengan MRT hingga terlihat antrian panjang dan menyesakan di sekitar pintu masuk station. Teman akhirnya memutuskan untuk turun dan keluar. Dia khawatir kelamaan karena antrian panjang. Kami turun dan akhirnya memutuskan melanjutkan dengan Taksi dari Baclaran ke Hotel Saya.
Subscribe to Posts [Atom]