Friday, December 01, 2006

Kebahagian Sejati

I do not like Monday,

Hari ini kembali dia jalani dan masuki sebuah rutinitas pekerjaan. Sebuah pekerjaan yang telah lama dia jalani, tepatnya 4 tahun. Kadang timbul sebuah perasaan bosan dan suntuk. Seakan setiap hari sepertinya biasa tanpa ada sebuah moment special yang bisa diperoleh. Masuk jam 8.00 pagi dan keluar jam 17.00 sore hari. Tidak ada lagi sebuah harapan dan keinginan. Setiap hari permasalahan sepertinya hanya itu-itu saja. Tanpa ada sebuah perubahan seakan dunia itu terasa sempit. Pikiran seakan terkungkung dalam sebuah dunia pekerjaan yang menuntut segalanya tanpa memikirkan beban pikiran dan idealisme.

Apakah ini sebuah pertanda munculnya sebuah degradasi motivasi? Ataukah hanya efek dari sebuah kebiasaan yang tidak begitu disenangi? Ataukah ada hal lain yang menjadi dasar sehingga bersikap seperti itu. Sepertinya dunia seakan tidak berpihak, yang ada hanya sebuah penolakan dan pengusiran. Hingga puncaknya terjadi saat ada sebuah perasaan dan sebuah perkataan yang kurang nyaman terdengar dari atasannya tentang dirinya lewat orang lain. Sungguh itu di luar dari kesadaran yang selama ini difahami. Sepertinya hubungan yang terjalin biasa-biasa saja. Tapi kenapa atasannya bilang seperti itu ya? Apakah ini sebuah imbas akibat adanya sebuah ketidakpuasan? Ataukah karena adanya sebuah penolakan, atau bisa jadi karena perbedaan persepsi dan cara pandang tentang sebuah masalah dan pola kerja.

Ah.. sudahlah mungkin memang benar setiap orang berbeda baik cara pandang maupun kepribadiannya. Mungkin juga dia memang bukan orang yang cocok dan menyenangkan baginya. Ataukah memang ada pribadi-pribadi lainnya yang sepertinya lebih baik darinya. Sepertinya ini sudah menjadi sebuah kenyataan. Jikalau dia tidak disukai oleh atasan bisa jadi jenjang karirnya akan terhambat.

Jauh-jauh hari sudah dia rasakan adanya sebuah penolakan itu. Hingga tanpa sadar dan benar-benar telak adalah saat ada meeting besar dan mengumumkan tentang struktur baru dengan hilangnya nama dia di daftar itu. Sebuah ketidakpuasan dan rasa penasaran menjadikan sebuah pertanyaan apakah ini keputusan ataukah ada kesalahan penulisan? Hingga akhirnya penjelasan itu sampai juga dengan mengatakan adanya pemindahan ke divisi lain.

Dia sempat berfikir apakah memang ini saatnya untuk berfikir jauh yaitu sesegera mungkin mencari tempat yang lain? Ataukah dia harus bertahan disana? Sudahlah semuanya hanya bisa dia serahkan kepada-Nya. Dengan sepenuh hati dia hanya bisa berdo’a semoga dia sabar dalam menghadapi cobaan hati ini. Karena sesungguhnya kebahagiaan hakiki adalah pada saat-saat merasakan kedekatan dengan-Nya.

Comments: Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]