Tuesday, September 26, 2006
Saat Berbuka Saat Terindah
....
Suara adzan magrib kali ini terdengar sungguh berbeda. Lantunan kalam ilahi lewat panggilan suara pengeras seakan menggema di dalam sanubari. Sebuah kenikmatan kembali Allah berikan kepada kami dengan merasakan hikmah setelah seharian menahan nafsu dan amarah. Lega rasanya hari telah selesai kami lakukan sebuah ibadah wajib bernilai luar biasa. Ibadah puasa Ramadhan yang memang hanya Allah yang akan memberikannya langsung kepada hamba-hamba Nya.
Setiap amal yang dilakukan anak adam adalah untuknya, dan satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipatnya bahkan sampai tujuh ratus kali lipat, - Allah Ta'ala berfirman: “ kecuali puasa, sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. (Dalam puasa, anak Adam) meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku.” Orang yang berpuasa mendapatkan dua kesenangan, yaitu kesenangan ketika berbuka puasa dan kesenangan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Sungguh, bau mulut orang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada aroma kesturi." (HR Bukhari dan Muslim)
Seakan kembali diingatkan akan kenangan lama yang tidak akan pupus di dalam benak dan pikiran. Suasana kekeluargaan itu kembali saya rasakan setelah sekian lama tidak pernah saya alami. Suasana kekeluargaan yang erat sekali terasakan terutama saat-saat Ramadhan datang. Nikmat sekali saat memulai membatalkan puasa ditemani ayah, ibu, kakak dan adik. Yup mungkin itulah inti dari kenikmatan keluarga.
Hingga tak terasa sudah sekitar 7 tahun tidak saya rasakan hal itu, tepatnya semenjak saya putuskan untuk melanjutkan kuliah di Bogor. Mungkin tidak senikmat dan seindah di rumah, meskipun kekeluargaan itu kembali terbentuk lewat suasana sejuk dan haru selama masa kuliah. Sering kali saya alami suasana kebersamaan lewat ifthor jama’i yang memang sering sekali dilakukan di kampus tercinta. Duh indahnya…
Namun tak selamanya hal itu kembali dirasakan terutama saat suasana dan tuntutan mulai berbeda. Suasana kerja di sebuah Perusahaan Swasta jauh di kota Tangerang seakan memupus semua kenangan dan keindahan saat-saat itu. Yup.. semenjak hari itu, suasana berbuka berpindah tempat menjadi di Angkutan umum dan bis-bis kota. Tentunya berbeda dengan sebelumnya. Tidak ada teh hangat, do’a bersama dan juga obrolan-obrolan akrab. Yang ada hanyalah suasana berbuka yang dirasakan sendiri meski kadang terkalahkan deru mesin mobil atau suasana penumpang yang berdesak-desakan.
Ada rasa yang hilang ketika memang harus mengalami hal-hal itu. Hingga akhirnya sebuah kejadian indah mengingatkan kembali bahwa ternyata saya juga bisa ciptakan suasana itu kembali. Suatu hari saya lupa menyiapkan makanan berbuka hingga air minum gelas yang biasa ada di tas pun terlupakan. Merasa kebingungan harus berbuka dengan apa, akhirnya saya hanya bisa berdo’a berbuka sambil meminta kepada Allah menghadirkan tukang air yang masuk ke dalam bis.
Seorang ibu agak jauh dari tempat saya duduk dengan santunnya menawarkan minuman air gelas kepada saya. Sudah saya coba tolak dengan halus tawaran itu karena saya tahu ibu itu hanya punya satu. Hingga tanpa saya sadari beliau berucap, “Tolong beri saya kesempatan untuk beramal pak, saya ingin dapatkan pahala orang berpuasa dengan memberikan air ini untuk berbuka”. Duh.. robbi, maafkanlah hamba ini. Begitu baiknya ibu itu, hingga tak sanggup saya menolak pemberiannya.
Akhirnya saya tersadar. Mungkin selama ini saya hanya mementingkan diri sendiri terutama saat berbuka di bis. Hingga rasanya puasa yang dijalankan terasa hampa. Kerinduan saat-saat bersama itu kembali terbayang. Besoknya saya sempatkan untuk menyediakan makanan lebih minimal air minum untuk bersedekah. Indah dan benar-benar nikmat rasanya saat bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain yang akan berbuka. Ternyata suasana kebahagian dan keindahan itu kembali hadir. Terima kasih ya Allah..
Subscribe to Posts [Atom]