Wednesday, September 06, 2006

Dikala Rasa Bosan dan Jenuh Kembali Mendera

Berita yang cukup mengagetkan baru saja saya terima. Atasan saya di kantor mendadak mengundurkan diri. Kembali saya teringat akan sepak terjang beliau selama di kantor ini. Seorang atasan yang memilik kharisma yang cukup baik dan banyak diterima oleh semua kalangan. Sebuah berita itu semakin melengkapi rasa kehilangan karena ditinggal banyak orang-orang yang berarti bagi saya dan juga mungkin beberapa orang di kantor.

Masih saja saya teringat akan beberapa waktu silam. Saat itu dengan serta merta saya ditinggal oleh orang-orang berarti di kantor tempat saya bekerja. Semua atasan saya saat itu mengundurkan diri dengan jeda waktu yang tidak terlalu jauh. Belum lagi satu orang rekan kerja yang senantiasa menemani keseharian saya yang juga mengundurkan diri. Sedangkan satu orang lagi dipindahkan ke bagian lain. Jadilah departemen saya yang awalnya berjumlah 10 orang menjadi 6 orang. Sungguh sangat kehilangan yang benar-benar berarti bagi saya. Sosok panutan dan juga penuh pengertian dengan serta merta tidak bersama saya lagi.

Selang beberapa bulan kemudian, dua orang dari departemen saya kembali mengundurkan diri. Masih saja saya ingat akan foto bareng kami berempat sebagai sebuah komunitas yang masih bertahan di perusahaan itu. Hingga departemen kami sempat digunjingkan akan bubar karena rentannya terhadap isu pengunduran diri ini. Lengkaplah kehilangan itu. Kini hanya tinggal dua orang saja yang tertinggal karena dua orang lainnya telah dipindahkan ke bagian lain.

Mungkin bisa dibayangkan bagaimana bisa menghandle semua pekerjaan yang ditinggalkan mereka kepada kami berdua. Hingga saat itu selalu saja kami mengeluh dan merasa keteteran dengan semua tugas dan tanggung jawab itu.

Rasa jenuh dan bosan kembali saya rasakan. Akankah kembali saya terkucilkan dan tidak diperhatikan? Semangat kerja yang dulu sempat membara juga kembali redup. Setiap hari mungkin hanya sebuah rutinitas kerja yang tidak terlalu berarti yang saya hadapi. Sehingga kuat sekali rasanya saya ingin juga mengundurkan diri. Tapi ternyata harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Apapun hasilnya tetap saja tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Semakin lama saya fahami dan renungkan ternyata semuanya itu adalah kehendak Allah yang maha tahu yang terbaik buat hamba Nya. Hal itu pun saya rasakan disaat harapan baru muncul untuk bisa berkerja di tempat lain yang lebih baik, ternyata Allah menentukan lain. Harapan itu seakan pupus dan hilang dengan tidak dipanggilnya setelah sekian lama test terakhir dilakukan. Namun itulah skenario Allah buat hamba Nya. Sekeras apapun kita berusaha tetaplah di Tangan Allah semuanya itu berakhir. Meskipun tetap saja sebagai manusia kita harus tetap berusaha semaksimal mungkin.

Semakin lama dialami dan dijalani sepertinya tetap saja ada perasaan bosan dan jenuh serta kekecewaan mendera hati ini. Apakah ini pertanda saya belum bisa sabar dan tawakal? Ataukah ada skenario Allah lainnya di balik ini semua?
Ya Allah ampuni Hamba Mu ini yang lancang dan selalu tergesa-gesa dengan keputusan Mu. Berikanlah kesabaran serta ketajaman pada mata hati ini agar bisa selalu peka akan hikmah terbaik yang Engkau anugerahkan pada setiap kejadian.

“diantara perenungan-perenungan mendalam tentang diri dan kehidupan”

Comments:
Tulisan yang cukup bagus :)
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]