Wednesday, June 28, 2006

Indahnya Jika Saling Mengalah

"Geddubbrrakkk"
Sebuah tambrakan terjadi di sebuah pertigaan di daerah pinggiran Tangerang. Sebuah bus 3/4 menabrak motor. Bus dengan laju yang agak lambat itu seakan meminta izin kepada semua pengguna jalan kalau akan membelok ke kanan. Namun tanpa disadari, ada sebuah motor berpenumpang menyalip dengan laju kencang. Kontan bus yang tidak sempat mengerem itu menabrak motor hingga jatuh. Tidak ada yang terluka, hanya motor jatuh menyisakan sedikit goresan.
"Turun......!!!!!"
Teriak pengendara motor dengan nada tinggi kepada sopir bus tanpa memperdulikan permintaan sopir bus yang ingin memarkirkan dulu bus nya ke posisi aman agar tidak mengganggu lalu lintas. Adu mulut pun terjadi antara mereka. Supir bus dapat kembali untuk memarkirkan bus ke posisi yang aman. Setelah itu.. Kembali mereka beradu mulut.
Karena kesal menunggu lama tanpa ada kejelasan. Para penumpang yang kebanyakan ibu-ibu yang akan kerja itu mulai resah dan berteriak menyalahkan pengendara motor. Bahkan ada ibu yang berani turun sembari berteriak marah kepada pengendara motor itu. Tidak tahu bagaimana akhirnya, yang jelas bus kembali jalan tanpa tahu lebih jelas penyelesainnya.
***
Astagfirullah, Masya Allah, Allahu Akbar.
Komat kamit saya lapadzkan dzikir kepada Allah melihat semua kejadian barusan. Saya memang sedang berada di dalam bus itu saat akan berangkat kerja pagi itu. Kejadian itu sungguh sangat mengangetkan dan sempat membuyarkan konsentrasi saat asyik membaca buku. Tidak habis fikir kenapa harus dengan marah-marah ya? Apa tidak sebaiknya diselesaikan dengan baik-baik dan kepala dingin. Kemana lagi ya sikap orang Indonesia yang katanya ramah dan murah senyum. Apakah karena tuntutan hidup ataukah memang kondisi daerah pinggiran kota yang menuntut seperti itu.
Sungguh sangat berbeda sekali dengan sikap Rasulullah. Beliau selalu balas dengan senyuman dan perbuatan baik kepada orang-orang kafir yang memarahi atau bahkan yang ingin mencelakakannya. Ya Allah kapan kita bisa mencotoh perilaku Beliau yang agung itu? Atau sikap para shahabat yang dengan jiwa lapang merelakan air minumnya diberikan kepada shahabat lainnya saat ajal hendak menjemput pada saat perang. Sungguh luhur sekali jiwa mereka hingga disaat sedang sangat membutuhkan pun mereka masih bisa memikirkan shahabatnya yang laen. Andai kita bisa seperti mereka.. duh robbi.
Teringat kembali bagaimana bunyi butir-butir pancasila saat-saat belajar PMP (Pendidikan Moral Pancasila) di bangku SD 15 tahun yang lalu. Alangkah rindunya dengan kondisi bangsa dan negara yang adem, tentram serta sejahtera. Masihkah ada budaya saling mengalah dan mendahulukan kepentingan orang lain itu?
Pernah membaca sebuah artikel, bagaimana kondisi lalu lintas di negara tetangga Malaysia. Sungguh sangat berbeda katanya. Disana semua orang sangat patuh dengan peraturan lalu lintas. Tidak ada salip menyalip, semua orang sadar dengan aturan sehingga akan budaya saling mengalah dan mendahulukan orang lain sangat terasa. Sampai-sampai kalau ada yang akan berbelok ke kanan akan menunggu mobil dari seberangnya habis dan selesai melewatinya. Bagaimana mereka bisa sampai seperti itu ya? Yang jelas katanya karena penegak hukum (Polisi atau dalam bahasa Malaysia Polis) benar-benar konsisten menjalankan aturannya.
Kira-kira kapan ya Indonesia bisa seperti itu? Ternyata memang masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang masih harus kita kerjakan.

Comments:
terima kasih nih mas imam, mengingatkan saya ama istri saya..bener juga sih indahnya saling mengalah
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]