Wednesday, June 21, 2006

Akan Kemanakah Mereka Melangkah..

“Hore.. akhirnya aku lulus….”
Teriakan dan jeritan tanda sebuah kemenangan terdengar di area sekolah tingkat atas. Reni dan kawan-kawan sesama kelas tiga merayakan sebuah kemenangan sebagai tanda kelulusan dan akhir dari masa belajar di sekolah itu. Seakan terasa seperti mendapatkan anugrah yang paling berharga, mengingat sulit dan tingginya standard kelulusan yang ditetapkan.
Tak urung sebuah tradisi merayakan kelulusan kembali digelar. Tanpa perduli dengan nasihat orang tua dan guru maupun cibiran masyarakat sekitar, mereka kembali berkumpul berteriak-teriak kegirangan. Tak lupa cat warna-warni menghiasi baju dan celana yang dikenakan. Tak ayal, rambut, wajah serta tangan pun terkena imbas dari aksi coret-mencoret itu. Tak cukup dengan itu, tembok di pinggir jalan dengan tanpa ampun harus menerima luapan emosi mereka dengan kembali tercoreng tulisan-tulisan tidak jelas.
Belum puas dengan hal itu, Reni dan kawan-kawan yang kebanyakan cowok itu akhirnya turun ke jalan dengan kendaraan roda dua mereka. Ajang kebut-kebutan dan salip-menyalip diantara mereka seakan melengkapi kebahagian mereka. Tak perduli lagi dengan cemoohan dan umpatan sopir serta pengguna jalan lainnya sebagai ucapan tanda kekesalan. "Mereka pikir jalanan ini punya Bapak mereka apa?", ungkap para sopir kesal.

***

Mak, kata pak Guru aku lulus sekolah. Tadi pagi pengumumannya sudah diberikan.” Teriak Ahmad kepada emaknya.
“Alhamdulillah nduk, akhirnya kamu lulus sekolah” ungkapan syukur dari seorang Ibu yang sudah berumur.
Ucapan itu yang didapatkan Ahmad dari emaknya. Tidak ada pelukan mesra ataupun bingkisan hadiah, apalagi selamatan seperti halnya yang dilakukan teman-temannya. Tidak terpikir bagaimana kelanjutan studinya. Meskipun tadi Ahmad mendapatkan kabar dari gurunya bahwa dirinya telah diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di Bogor lewat jalur PMDK, namun hal itu tidak menjadikan dirinya senang ataupun bahagia. Yang terbayang adalah sebuah kebingungan. Jikalau peluang PMDK itu diambil, darimana ia dapatkan biayanya.
Yang terbayang dalam benaknya adalah bagaimana bisa bekerja membantu emaknya agar bisa mendapatkan uang untuk biaya sekolah adiknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Ahmad kembali teringat bagaimana sulitnya bertahan dan melanjutkan studinya di SMA sekarang ini. Kalau bukan karena kebaikan Guru dan Kepala sekolahnya, mungkin Ahmad sudah berhenti dan tidak melanjutkan lagi sekolahnya. Dikarenakan Ahmad selalu dapat rangking pertama di kelasnya, akhirnya di diberikan fasilitas bebas biaya spp dan beasiswa demi mendukung belajarnya.
Tidak ada keberanian pada diri Ahmad untuk mengungkapkan berita diterimanya dia di PTN lewat PMDK kepada emaknya. Biarlah, mungkin itu bukan rezekinya. Kalau sekiranya Allah mentakdirkan dirinya kuliah, pastilah nanti ada jalan keluarnya, gumannya menenangkan gejolak hatinya.

***
“Kamu pokoknya harus ikut bimbingan belajar di Jakarta, Papa dan Mamah sudah siapkan semuanya. Kamu tinggal dengan Om dan tante disana. Kamu harus rajin belajar biar bisa lulus ujian masuk PTN.”
Dengan terpaksa Dani menganggukan kepala tanda setuju atas perintah orang tuanya. Dia tahu betapa sulitnya masuk ke PTN idamannya. Beberapa waktu yang lalu memang pernah dia coba untuk ikutan PMDK, namun ternyata tidak lulus.
Seakan merasa terbebani dengan kehendak orang tua, terpaksa Dani kembali berkutat dengan buku pelajarannya demi sebuah cita-cita yang mulia. Ingin rasanya untuk sedikit bernafas dan menghibur diri setelah sekian lama berjibaku menghadapi tes akhir sekolah yang terus menerus. Namun keaadaan berkata lain. Dia harus berjuang kembali dengan sedikit melupakan kesenangan dan waktu istirahatnya, meskipun hati kecilnya selalu menginginkannya.
Dia memang harus bersyukur, dia masih diberikan kesempatan oleh orang tuanya untuk ikut bimbel dengan harga mahal. Bagaimana dengan teman-teman lainnya. Kadang untuk bayar SPP pun mereka sering sekali menunggak. Duh..

***

Begitulah sedikit gambaran kondisi para remaja lulusan Sekolah Menengah Atas saat selesai menghadapi kelulusan. Ada sebuah perasaan senang dan gembira, namun juga ada perasaan cemas dan bimbang. Perasaan senang karena telah lulus dan menamatkan sekolah, namun setelah itu ada pertanyaan lain yang harus dijawab. Setelah ini saya mau kemana ya?
Rata-rata yang sempat ditanya selalu menjawab dengan bingung, sampai-sampai ada yagn bilang bagaimana nanti saja akh. Padahal yang baik adalah nanti bagaimana? Setidaknya ini pulalah yang melanda beberapa siswa Sekolah Menengah Atas di pelosok kabupaten Bogor. Ketika ditanya rata-rata mereka menjawab kalau tidak kuliah ya mungkin akan bekerja atau mungkin nganggur di rumah.

Sebenarnya secara umum ada tiga gambaran yang mungkin untuk menjawab itu.
  1. Kuliah atau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi. Kuliah atau melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi merupakan cita-cita sebagian atau mungkin semua siswa SMA. Mereka berfikir jikalau kuliah rasanya senang. Mereka merasa lebih dewasa, lebih memiliki existensi dan juga lebih bergengsi. Namanya juga Mahasiswa, ya nggak?Dalam melanjutkan studi atau kuliah sebaiknya ditentukan jurusan yang diambil, tempat kuliah dll. Jurusan memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam kuliah. Jikalau tidak meminati jurusan yang ada, biasanya kuliahnya juga akan sedikit terpaksa dan tidak bisa menikmati. Sedangkan tempat kuliah adalah menjadi prioritas selanjutnya. Meskipun rata-rata Perguruan Tinggi Negeri menjadi tujuan utama, namun perlu juga difikirkan dengan cita-cita dan minat. Jangan-jangan karena ego atau desakan orang tua, dengan terpaksa diambil jurusan tertentu di PTN. Akhirnya yang ada adalah keterpaksaan dan proses belajar yang kurang mendalam. Yang paling baik adalah dengan menentukan cita-cita. Misalnya cita-cita menjadi Dokter Specialis Jantung, tentunya akan mencari tempat kuliah yang cocok seperti di UI, UNPAD, UGM dll. Tidak mungkin mengambil di ITB atau IPB.
  2. Bekerja atau wirausaha untuk menghasilkan uang. Alasan lainnya adalah segera bekerja atau wirausaha agar menghasilkan uang. Jalan ini juga sebenarnya adalah baik. Namun perlu dicatat jikalau memang ingin bekerja, tentunya harus ada persiapan dahulu. Cobalah cari tempat bekerja yang cocok. Jangan hanya karena sudah dapat posisi baik, langsung diambil tapi ternyata tidak cocok. Sebagai gambaran, biasanya lulusan SMA lebih sering menduduki posisi level bawah. Konsekuensi inilah yang harus diterima. Apalagi SMA, karena sifatnya umum, jadinya harus sedikit selektif.Untuk yang ingin wira usaha, harus ditentukan terlebih dahulu bidang apa yang akan digeluti. Syukur-syukur kalau memang sudah ada peluang dengan meneruskan usaha orang tua misalnya. Namun kalau tidak ada, pastinya agak sedikit sulit kecuali ada partner yang mau diajak kerja sama. Yang jelas jangan jadi pengamen or pengemis ya..
  3. Alasan lainnya (menganggur, dll). Ada sebuah alasan lainnya selain kedua hal tersebut diatas. Ada yang mungkin menjawab tidak tahu harus bagaimana menyikapi kegiatan setelah lulus dikarenakan tidak mempunyai tujuan yang jelas. Merekalah yang biasanya terlalu pasrah dengan nasib dan keaadaan. Tidak ada sedikit pun sebuah keinginan untuk maju ataupun berubah demi sebuah kebaikan. Mereka hanya akan menjawab menjadi Pengacara (Pengangguran banyak acara.. red). Tidak baik menjadi seorang pengangguran, karena selain menghabiskan waktu dan kesempatan, biasanya yang ada adalah menjadi beban bagi orang tua ataupun yang lainnya. Sebaiknya isilah waktu-waktu kosong dengan kegiatan yang bermanfaat. Bagi mereka yang memiliki orang tua ataupun saudaranya yang bekerja wira usaha, mungkin bisa ikut membantu sekalian belajar berusaha. Tetapi jika tidak mungkin, cobalah isi dengan kegiatan bermanfaat seperti aktif di masyarakat ataupun remaja masjid, membaca, diskusi dengan teman dll. Dengan keaktifan tersebut diharapkan tidak ada istilah waktu terbuang percuma disamping juga akan melatih kemampuan laiinya selain belajar di sekolah seperti organisasi ataupun kemasyarakatan.
    Jikalau waktu dan pikiran tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya, biasanya yang terjadi adalah sebuah kemalasan yang berakibat pada tidak berdayanya kemampuan yang sebelumnya pernah didapatkan. Seorang manusia pada hakikatnya akan semakin pintar dan maju jikalau kemapuan dan pemahamannya selalu dilatih dan diasah dengan sebuah masalah ataupun tantangan.

So.. Hari ini tidak ada lagi sebuah kebingungan ketika ditanya setelah lulus mau kemana dan mau melakukan apa. Sebuah jawaban mantap dan penuh kepastian serta harapan akan terucap, “Saya akan … (melanjutkan sekolah, kerja atau…).” Tidak akan ada lagi jawaban, “Saya tidak tahu, gimana nanti saja dech.”. Seorang remaja sebagai tulang punggung generasi mendatang tentunya harus memiliki visi dan misi yang jelas tentang kehidupannya. Sehingga tidak akan ada lagi seorang remaja yang kebingungan kemanakah dia akan melangkah.


Comments:
salam untuk mereka para pelajar indonesia... ini ada hadiah untuk mereka di http://azfaazfa.blogspot.com/2006/05/dedicated-to-indonesian-students.html
 
Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]





<< Home

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]